Arsip Bulanan: Januari 2015

Nyamuk Anopheles dan Hewan Ternak

Nyamuk anopheles merupakan salahsatu komponen alam khususnya pada ekosistem sawah yang banyak terdapat genangan air,sehingga keberadaan nyamuk anopheles tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.Anopheles juga merupakan salahsatu faktor biotis di dalam ekosistem sawah, dimana terdapat hubungan timbal balik antara nyamuk dengan tanaman padi dan tumbuhan gulma sekitarnya.

Hubungan tersebut pada dasarnya meliputi aspek makanan, perlindungan, perkembangbiakan, dan pengangkutan, yang dapat bersifat negatif, positif, atau netral. Umur nyamuk anopheles yang relatif pendek, terutama jantan umurnya kurang dari seminggu, sedangkan nyamuk betina umurnya lebih panjang sekitar rata-rata 1-2 bulan (Departemen Kesehatan, 1999).

Terdapat beberapa faktor yang menjadi sebab mengapa kasus malaria terus terjadi sepanjang tahun, antara lain perilaku masyarakat yang sering pulang pergi menginap dihutan untuk membuka lahan dan ketika pulang sudah digigit oleh anopheles, perilaku lainnya adalah menunggui tanaman padi di sawah pada waktu malam hari terutama menjelang panen untuk mengantisipasi serangan babi hutan.

Ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain ternyata menjadi reservoar atau tempat singgah nyamuk untuk menggigit. Pola perilaku nyamuk menggigit binatang ternak dinamakan zoofilik, diduga membantu menurunkan serangan Anopheles terhadap penduduk. Nyamuk vektor malaria yang dijumpai pada sawah beririgasi cenderung zoofilik yakni lebih menyukai binatang ternak daripada manusia. Dengan demikian walaupun jumlah penderita malaria sedikit dengan kepadatan vektor yang tinggi, mengisyaratkan adanya peran hewan peliharaan sebagai pengontrol kasus malaria yang efektif (Muturi dkk, 2008).

Iklan