Bismillah, tahun 2015 bisa dikatakan tahun penuh kenikmatan, semoga saya bisa terus bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala karena pada tahun ini saya berkesempatan mengunjungi negeri China. Negeri tirai bambu,dalam rangka mengikuti workshop on sustainable bamboo development. Kegiatan berlangsung sejak tanggal 25 Agustus sampai dengan tanggal 13 September 2015 yang didanai oleh Ministry of Science and Technology, People Republic of China melalui INBAR atau International Network on Bamboo and Rattan Research. Sedangkan untuk perjalanan dari Banjarmasin menuju Hangzhou, Zhejiang Province, tempat berlangsung kegiatan menggunakan dana ONDT dari PIU-IDB Universitas Lambung Mangkurat tahun anggaran 2015.
Berikut ini sekelumit kisah dan catatan perjalanan saya. Selamat menyimak.
Kamis, 28 Agustus 2015
– Perjalanan dari Banjarmasin ke Jakarta
Kali ini saya memilih perjalanan menggunakan citilink yang berangkat pada pukul 11.20 WITA, dan dijadwalkan tiba di Jakarta pukul 12.20 WIB. Maklum saja perbedaan waktu antara Banjarmasin adalah satu jam lebih awal dibandingkan waktu di Jakarta. Saya duduk di kursi No. 3A atau yang berdampingan dengan jendela, dalam kesempatan penerbangan ini saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memotret kondisi luar saat pesawat. Hanya dua kali pemotretan dilakukan yakni foto sayap pesawat dan langit biru tanpa halangan awan. Selebihnya sudah dianggap cukup sampai pesawat mendarat di bandara soekarno hatta, cengkareng.
Turun dari pesawat saya tidak perlu lama mengantri karena semua bawaan dibawa ke kabin, tidak menitipkan barang di bagasi. Waktu menunjukkan pukul 12.50, kurang lebih 20 menit berlalu saat turun dari pesawat Citilink, pikiran langsung tertuju kepada paspor yang masih ada di tangan mas nur, teman saya (Mas Nur) setelah diambil dari CVASC, kemarin. Saya mencoba bertanya-tanya untuk menuju terminal rawa buaya, cengkareng dari bandara sebaiknya naik apa? Setelah lama bertanya, dan untuk efisiensi waktu dipilihlah taksi. Perjalanan sampai lokasi yang dituju, ditempuh selama 35 menit dengan biaya sebesar Rp. 98.000.
Alhamdulillah, bertemu dengan Mas Nur, beliau segera menyerahkan kelengkapan paspor, visa, print out tiket serta berkas-berkas yang diajukan untuk membuat visa. Setelah beristirahat selama 90 menit di mess pekerja proyek, saya berangkat ke bandara. Kali ini saya lebih memilih jalur ke bandara Soetta yang melalui jalur perumahan citra 2. Ini berdasarkan saran dari supir taksi agar melewati jalan tersebut, jika melihat jalan tol yang menuju bandara terlihat mengalami kemacetan.
– Perjalanan dari Jakarta ke Singapura
Perjalanan dimulai pada pukul 17.30. Masuk pintu bandara soekarno hatta, terminal 2, tidak ada pemeriksaan berarti, hanya memasukkan barang dan lain-lain kemudian menunjukkan paspor, visa dan tiket keberangkatan. Masuk ke bagian pendaftaran saya masukkan barang bawaan, karena tidak terlalu berat(kurang dari 8 kg), akhirnya trolley dibawa ke kabin.
Sebelumnya saya harus melewati bagian imigrasi, saya serahkan visa, paspor dan tiket oleh petugas di cap kemudian dipersilahkan masuk. Tiket saya menunjukkan saya harus masuk pintu E4, tapi sebelumnya saya ingin menukarkan mata uang rupiah saya ke mata uang China yaitu Yuan. Tempat penukaran uang atau money changer ada di sebelah kiri, kira-kira sekitar 100 meter dari imigrasi. Oh ya, jika anda lupa bawa uang anda bisa menemukan ATM BRI yang ada di sebelah kanan sekitar 70 meter dari imigrasi melewati kafe Arab. Saya siapkan uang sekitar 5 juta rupiah dengan bayangan 1 rupiah sama dengan 1000 – 1500 rupiah. Hmm.. Kira-kira dapat sekitar 3.000 Yuan. Petugas money changer menyodorkan daftar tukar mata uang, woow… Ternyata 1 Yuan dihargai 2520 rupiah.
Berapa yang harus saya bawa? Sambil meminjam kalkulator akhirnya saya putuskan beli sebanyak 1700 Yuan berarti saya harus menyerahkan uang rupiah sebanyak 4.280.000. Beres, siap masuk keberangkatan, namun oh tidak saya harus menunaikan sholat dulu. Jika demikian maka dari money changer teruslah anda berjalan sampai ujung belok kiri dan di situ ada musholla. Saya tunaikan shalat magrib dan isya dijamak qoshor yakni Maghrib 3 rakaat kemudian Isya dua rakaat.
Siap masuk, jangan lupa kalau anda bawa botol minuman lebih dari 100 ml maka itu akan dibuang oleh petugas atau anda akan disuruh untuk minum ditempat. Selesai pemeriksaan, saya duduk menunggu waktu itu menunjukkan 20.10 sedangkan pesawat berangkat 20.30, berarti masih ada waktu menunggu sekitar 20 menit. Saya gunakan untuk ber whatsapp dengan keluarga di rumah, sambil memposting foto uang Yuan. Tidak lama kemudian petugas memanggil penumpang untuk masuk pesawat.
Naik Garuda Indonesia serasa di rumah sendiri bagaimana tidak dari bahasa sampai penyajiannya semua rasa Indonesia. Pramugari Garuda kayanya sudah menandai mana orang cina mana Indonesia, sehingga bahasa dan gaya penawaran disesuaikan dengan konsumen yang dimaksud. Waktu itu ada pilihan ikan dan nasi ayam. Saya memilih ikan, karena sebelumnya sudah makan nasi yang dibeli dari KFC.

Sayangnya begitu makanan dibuka dan dicicipi saya rasa masakan ikannya tidaklah sesedap yang dibayangkan, bisa dibilang biasa saja. Makanan ini tidak dihabiskan, jadi hanya menghabiskan roti, buah, dan sayur.