Arsip Bulanan: Desember 2017

Tips Cepat Berkualitas Membuat Laporan Penelitian Pendidikan

Makalah ini disampaikan dalam acara diskusi Ahad siang tanggal 24 Desember 2017  atau bertepatan dengan tanggal 5 Rabiul Akhir 1439 pada Grup Guru Dahsyat Nusantara (Silakan klik di sini untuk pendaftaran)

  1. Tetapkan niat (motivasi)

Dari Amirul Mu’Minin, Abi Hafs Umar Bin Al Khattab Radiyallahuanhu, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung kepada niatnya  dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya  karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim). Saya mengingatkan kepada diri saya sendiri dan semuanya bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu hal pun yang bersifat instan. Walaupun judulnya cara cepat, namun semuanya perlu persiapan, dan perlu setting berkualitas. Oleh karena itu sebelum memulai pelatihan tetapkan niat kita tidak sekedar untuk mendapatkan pengetahuan namun untuk mendapatkan keridhoan dari Allah Subhanahuwata`ala. Aamiin.

2. Susun strategi pembuatan laporan

Ibarat membangun sebuah rumah, setiap orang biasanya membuat laporan kegiatan yang sebaik mungkin tentunya dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti : 1) alokasi waktu, 2) ketersediaan alat bahan, 3) paling penting adalah dana, dan sebagainya. Dalam menyusun strategi pembuatan laporan penelitian yang paling tepat adalah disesuaikan dengan (niat) atau tujuan penelitiannya. Berikut ini adalah beberapa metode yang sering saya gunakan sehingga Bapak / ibu dapat menerapkanny dalam menyusun strategi membuat laporan penelitain yakni : 1) Metode SKS (Sistem Kebut Semalam), 2) Metode A3L (Alon-alon Asal KeLakon), dan 3) Metode ATM (Amati Tiru dan Modifikasi). Nah manakah yang paling baik?

3. Perhatikan bentuk atau format laporan penelitian

Secara umum format laporan penelitian adalah :

1. Pendahuluan.

Bagian ini antara lain berisi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

2. Tinjauan pustaka

Bagian ini antara lain berisi: kajian teori, kerangka berpikir penelitian, serta hipotesis penelitian

3. Prosedur penelitian

Bagian ini antara lain berisi: jenis dan pendekatan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknis analisis data

4. Hasil dan pembahasan penelitian

Bagian ini antara lain berisi: laporan data-data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan data-data yang telah diperoleh

5. Kesimpulan dan saran penelitian

Bagian ini antara lain berisi: kesimpulan penelitian, dan saran atau rekomendasi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

Catatan : Sistematika laporan penelitian terkadang tidak sama antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Hal ini bergantung pada pemikiran si peneliti, atau kadang telah ditentukan oleh institusi yang menaungi dan atau membiayai penelitian tersebut.

4. Mulai mengerjakan laporan penelitian :

  1. Bikin rincian rencana kegiatan : Rincian dapat dibuat menggunakan tabel
  2. Kumpulkan alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat Laporan Penelitian Pendidikan misalnya : komputer, hape, akses internet, buku tulis, buku pustaka, alat tulis dan lain-lain.
  3. Siapkan dua buah buku : buku kerja dan buku catatan keuangan
  4. Siapkan dua buah file: file kerja dan file catatan keuangan
  5. Berikan nama gabungan sesuai urutan tanggal kegiatan dan nama kegiatan : misal 20171224 Semnas GGDN Pelatihan Laporan Penelitian Pendidikan
  6. Gunakan software legal : system (windows asli atau linux) maupun officenya (Microsoft Office atau software legal lain dan free seperti WPS (https://www.wps.com/download/).

5. Mengenal Metode Penelitian Pendidikan

  1. Sebelum membuat laporan penelitian pendidikan kita kenali dulu apa yang dimaksud dengan Metode Penelitian Pendidikan. Metode Penelitian Pendidikan adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
  2. Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengatisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memcahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
  3. Jenis-jenis metode penelitian pendidikan dibagi menjadi dua yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel umumnya dilakukan secara acak, Pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian tertentu. Dan analisis datanya juga bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, (sebenarnya), Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci.
  4. Pengambilan sampel dari sumber data dilakukan secara puposive (tujuan tertentu)dan snowball sampling (sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke responden yang lainnya). 
  5. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara : trianggulasi (gabungan), Analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna secara umum.
  6. Dari kedua metode tersebut lahirlah metode-metode baru yang mendukung diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Metode Survey : peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya perlakuan tidak seperti dalam eksperimen). Metode ini hanya berkisar pada ruang lingkup: 1. Ciri-ciri demografis masyarakat, 2. Kondisi lingkungan sosial, dan 3. Aktivitas, dan 4. Pendapat dan sikap.
  • Metode Ex-post-facto : hampir sama metode penelitian deskriptif, akan tetapi bertujuan untuk mengekspos kejadian-kejadian yang sedang berlangsung.
  • Metode Eksperimen : digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Misalnya pengaruh ruang kelas ber AC terhadap efektivitas pembelajaran.
  • Metode Naturalistik : digunakan untuk meneliti pada tempat yang alamiah, dan penelitian tidak membuat perlakuan karena peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber data bukan pandangan peneliti.
  • Metode Action Research : dilakukan sepanjang proyek dengan terus menerus mencari kelemahan-kelemahan untuk suatu penyempurnaan. Untuk itu cara kerja trial and error mendominasi kerja penelitian paksi ini. Contoh proyek pendayagunaan zakat secara efektif dan efisien.
  • Metode Evaluasi : bertujuan ingin menjawab pertanyaan sampai sejauh mana proyek telah tercapai sesuai yang ditentukan, contoh Apakah cara belajar siswa aktif sudah diterapkan dalam proses belajar mengajar?
  • Metode Sejarah : bertujuan membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi memverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat
  • Metode R & D : bersifat longitudinal (beberapa tahap), yakni : 1). Untuk penelitian analisis kebutuhan sehingga dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar (basic research). 2). untuk menguji produk yang masih bersifat hipotetik tersebut digunakan eksperimen, atau action research. 3). Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut, dinamakan penelitian terapan (applied research).

5. Cara membuat laporan penelitian pendidikan :

  • Mencermati komponen-komponen laporan hasil penelitian di atas, maka laporan penelitian pada Bab I, Bab II, dan Bab III paparannya dapat menggunakan apa yang sudah ditulis pada Bab I, Bab II, dan Bab III proposal penelitian.
  • Proposal penelitian berisi rencana bagaimana penelitian akan dilakukan. Oleh karena itu, untuk melaporkan bagaimana penelitian telah dilakukan, peneliti dapat mengunakan proposal tersebut sebagai bahan untuk menulis laporan, tentu dengan beberapa penyesuian.
  • Penyesuaian ini terutama berkaitan dengan hal-hal yang berbau “rencana” dalam proposal dirubah tidak lagi sebagai rencana melainkan sesuatu yang memang telah dilakukan.
  • Mengingat laporan merupakan paparan pasca penelitian, maka istilah-istilah yang berarti “rencana” harus disesuaikan, misal: pada proposal dikatakan bahwa “penelitian ini akan dilakukan untuk …” maka dalam laporan berubah menjadi “penelitian ini dilakukan untuk …”, tanpa ada kata “akan” lagi.
  • Selain itu, apabila dalam pelaksanaan penelitian ternyata terdapat beberapa penyesuaian langkah penelitian berbeda dengan proposal, maka dalam laporan penelitian dituliskan langkah-langkah nyata yang telah dilakukan, dan menghapus yang dituliskan dalam proposal.
  • Selanjutnya, peneliti tinggal menuliskan Bab IV dan Bab V, yaitu tentang hasil dan pembahasan serta kesimpulan dan saran penelitian

6. Cara memaparkan dan menjelaskan hasil penelitian pendidikan :

  • Bagian ini berisi paparan objektif peneliti terhadap hasil-hasil penelitian, antara lain: penemuan-penemuan penelitian, penjelasan serta penafsiran dari data dan hubungan yang diperoleh, serta pembuatan generalisasi dari penemuan. Apabila terdapat hipotesis, maka pada bagian ini juga dijelaskan proses pengujian hipotesis serta hasilnya. Hasil penelitian harus disajikan secara jelas dan sistematis agar mudah dibaca dan dipahami.
  • Penyajian hasil penelitian dapat dilakukan dengan cara deskriptif (naratif), menggunakan tabulasi, tabel atau grafik, atau dengan menggunakan gabungan dua atau ketiganya secara sekaligus. Penggunaan ketiga cara tersebut disesuaikan dengan jenis data dan sejauh mana diskripsi data akan dijelaskan. Biasanya, untuk memberikan paparan yang jelas, peneliti menggunakan ketiga cara tersebut secara bersamaan. Misalkan, pada awalnya peneliti memaparkan narasi temuannya, kemudian didukung dengan sajian data dalam bentuk tabulasi, tabel atau grafik. Atau, peneliti menyajikan data-data hasil penelitian, kemudian didukung grafik dilanjutkan deskrisi naratifnya.
  • Cara membahas hasil penelitian pendidikan :
    • Pembahasan dimaksukan untuk menyajikan gambaran yang lebih tajam terhadap data-data temuan, sehingga pada bagian ini peneliti tidak hanya sekedar menyajikan ulang data, melainkan memberikan analisis, penafsiran, dan pemaknaan terhadap temuannya. Dengan demikian jelas bahwa esensi dari pembahasan adalah menjelaskan pemaknaan terhadap data-data hasil penelitian sehingga dapat dipahami dengan jelas temuan penelitian yang diperoleh.
    • Pembahasan dapat dilakukan dengan fokus pada aspek teoritis dan aspek metodologis. Pada aspek teoritis, perlu dijelaskan dan dibandingkan antara premis- premis yang sudah digunakan untuk membangun hipotesis dengan kenyataan empiris di lapangan. Bila teori yang ada belum mampu menjelaskan fenomena tersebut, dapat digunakan logika, baik deduktif maupun induktif. Pada aspek metodologis perlu disadari bahwa tidak ada sebuah penelitian yang sempurna, yang sedikit banyak akan mempengaruhi hasil penelitian. Dalam kaitannya dengan hal ini, peneliti perlu mengkaji kemungkinan hasil penelitian tersebut dipengaruhi oleh kontribusi langkah-langkah metodologis yang sudah dilakukan, misalnya apakah cara penetapan variable benar, cara analisi datanya tepat dan sebagainya.
    • Pembahasan juga dilakukan dengan analisis mendalam terhadap hasil penelitian. Berdasarkan data-data yang ada, peneliti mengkomunikasikan apa arti atau penafsiran data tersebut terkait dengan masalah yang akan dipeccahkan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti juga perlu menyampaikan bagaimana analisis peneliti terhadap data yang ada, baik secara sendiri-sendiri, maupun pembacaan terhadap keseluruhan data. Analisis dan penafsiran terhadap data ini kemudian dilanjutkan dengan penjelasan peneliti mengenai pemecahan masalah yang sedang diteliti.
    • Pembahasan juga perlu dilakukan dengan melakukan pembandingan hasil penelitian penelitian yang diperoleh dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, referensi atau teori-teori yang ada. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan interpretasi yang lebih luas dan mendalam terhadap hasil-hasil yang diperoleh. Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh dapat dipahami secara komprehensif dan mendalam sehingga nampak dengan jelas bagaimana hasil penelitian yang didapatkan diantara hasil-hasil penelitian dan teori-teori yang pernah ada.
    • Penjelasan harus dibuat bukan hanya jika hasil penelitian sesuai dengan hipotesis, bahkan jika tidak sesuaipun harus dibuat penjelesannya. Hal ini mengingat bahwa tidak setiap hipotesis dapat dibuktikan kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan.
    • Penelitian tidak diharuskan dapat membuktikan kebenaran hipotesis sehingga apabila ternyata data-data hasil penelitian tidak mendukung pembuktian kebenaran hipotesisnya, peneliti harus memberikan penjelasan apa adanya dan memadai agar temuannya tersebut dapat dipahami dengan baik.
Iklan

Pengembangan Kawasan Konservasi

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah mengembangkan  cara baru mengelola kawasan konservasi dengan membangun learning organization. Hal itu dikemukakan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno saat membuka rapat koordinasi teknis (Rakornis) Bidang KSDAE 2017 di Jakarta, Selasa, 26 September 2017.

Dia menuturkan cara baru itu nantinya akan melibatkan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan konservasi serta harus mempertimbangkan prinsip-prinsip penghormatan terhadap hak asasi manusia. “Cara baru tersebut juga sebagai upaya menemukan model kelola kawasan konservasi yang didasarkan pada nilai-nilai adat dan budaya setempat, perubahan geopolitik, serta sosial ekonomi yang terjadi di sekitar kawasan konservasi sebagai dampak dari pembangunan di berbagai bidang selama 47 tahun,” tuturnya.

Wiratno menjelaskan, Kementerian Lingkungan sangat menyadari masyarakat memegang peranan penting sebagai pelaku utama terhadap masa depan konservasi. Untuk mendukung hal itu, Kementerian Lingkungan telah menerbitkan beberapa kebijakan konservasi yang prorakyat, seperti Peraturan Menteri LHK Nomor  P.43/Menlhk/Setjen/2017  tentang Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Suaka Alam dan Konsorsium Pembaruan Agraria serta Peraturan Menteri LHK Nomor  P.83/2016 tentang Perhutanan Sosial.

Selain melibatkan masyarakat, kepemimpinan yang kuat menjadi syarat utama menjalankan cara baru kelola kawasan konservasi dengan dukungan semua levelMulai pusat, daerah, hingga tingkat tapak.  Untuk itu, Kementerian Lingkungan akan terus membangun sinergisitas lintas sektoral sejak dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, serta evaluasi. “Leadership  yang kuat harus mampu membangun kerja sama multipihak dengan prinsip saling menghormati  (mutual respect), saling percaya (mutual trust), juga saling menguntungkan (mutual benefits),” ucapnya.

Begitu pula para pihak yang bekerja sama, menurut dia, harus mampu menerapkan empat prinsip governance (tata kelola pemerintah), yaitu partisipasi, keterbukaan, tanggung jawab kolektif, juga akuntabilitas.

Wiratno menekankan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sistem aplikasi resort based management juga penting sebagai dasar penerapan cara baru kelola kawasan konservasi. Sebagai implementasinya, Ditjen KSDAE menugaskan 74 unit pelaksana teknis untuk menerapkan role modelsebagai prototype yang dilaksanakan secara partisipatif. “Dengan cara baru ini, diharapkan Ditjen KSDAE mampu membangun learning organization dalam mengelola 27,2 juta hektare kawasan konservasi di seluruh Indonesia sebagai  national treasure (harta karun nasional).  Resources is limited but innovation is unlimited ,” katanya.

https://inforial.tempo.co/info/1000014/cara-baru-klhk-kelola-kawasan-konservasi

Biologi Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

3.1. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

Penyu termasuk dalam kelas Reptilia dan hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Asia Tenggara. Keberadaan penyu sudah lama terancam dan termasuk dalam red list di IUCN dan Appendix I CITES yang berarti keberadaan penyu di alam telah terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian yang serius. Di Indonesia, penyu telah diberikan status dilindungi dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis-Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009).

Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) merupakan jenis penyu yang memiliki ciri khas mulutnya berbentuk paruh yang meruncing dan ukurannya yang tergolong kecil. Penyu sisik merupakan salah satu dari 5 jenis penyu laut yang tersebar di seluruh Indonesia. Penyu sisik umumnya ditemukan di pulau-pulau kecil dengan lebar dan panjang pantai yang sempit, pantai yang landai dengan tekstur pasir yang didominasi oleh pasir halus dan sedang (Syamsuni, 2006).

Klasifikasi penyu sisik menurut ITIS (Integrated Taxonomic Information System) yaitu:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Reptilia

Ordo : Testudinata

Famili : Cheloniidae

Genus : Eretmochelys

Spesies : Eretmochelys imbricata

Penyu sisik merupakan salah satu penyu yang berukuran kecil dengan panjang lurus tubuh penyu sisik adalah 70 – 90 cm dan bobot tubuh 40 – 90 kg. panjang lurus karapas penyu sisik dewasa berkisar antara 66 – 86 cm. Karapas penyu sisik dewasa berbentuk oval atau elips, bagian pinggiran karapas bergerigi, kecuali pada tukik dan penyu yang sangat tua. Karapas penyu sisik memiliki empat pasang sisik rusuk (coastal scute) yang tersusun bertumpang tindih seperti genteng dan lima vertebral scute yang menyatu pada tulang belakang. Di sekeliling tempurung terdapat lempeng-lempeng kecil yang disebut marginal scute berjumlah 13 yang saling tumpang tindih dan bergerigi. Warna pada individu dewasa adalah bercak coklat, coklat kehitaman dan mencolok jika bersih, sedangkan pada penyu muda biasanya berwarna hitam atau hitam kecoklatan. Plastron (cangkang penyu pada bagian ventral) pada penyu sisik berwarna kuning keputihan dan sering terdapat bercak hitam. Kaki penyu berbentuk pedal atau dayung. Panjang kaki belakang penyu sisik merupakan yang paling pendek dibandingkan dengan jenis penyu yang lain, sehingga jangkauan kaki untuk membuat sarang juga pendek sehingga sarang penyu sisik tidak terlalu dalam. Lengan dilengkapi dengan dua cakar, pada jantan berfungsi untuk memegang betina pada saat kawin (Syamsuni, 2006).

Keberadaan penyu sisik kini terancam oleh berbagai faktor, seperti faktor alami dan faktor utama yaitu kegiatan manusia. Faktor alami yang menyebabkan penurunan populasi penyu sisik diantaranya usia matang penyu sangat lama, indukan yang tidak mengerami dan menjaga telur dan ancaman predator terhadap telur, tukik atau pun penyu yang telah berada di laut (Adnyana & Hitipeuw, 2009). Faktor kegiatan manusia yang mengancam keberadaan penyu sisik diantaranya adalah pencemaran pantai dan laut, perusakan habitat peneluran, penangkapan induk penyu secara ilegal dan pengumpulan telur penyu (Richayasa, 2015). Penyu sisik memiliki peran penting dalam ekosistem terumbu karang, sebagai predator utama dengan porifera sebagai makanan utamanya. Penyu sisik memiliki peran penting sebagai penjaga struktur, ekologi dan evolusi terumbu karang (Revuelta dkk., 2015).

3.2. Siklus Hidup Penyu Sisik

Penyu laut merupakan jenis reptil yang menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya di laut. Sesaat setelah tukik menetas dan muncul ke permukaan pasir, mereka akan segera bergerak menuju air laut untuk selanjutnya berenang hingga menemukan habitat untuk berkembang dan menjadi dewasa. Setelah melengkapi proses vitellogenesis atau pembentukan sel-sel telurnya, penyu betina akan kembali ke darat, menuju pantai tempatnya ditetaskan. Penyu jantan tidak pernah kembali ke darat. Penyu merupakan salah satu hewan yang masa hidupnya sangat panjang, membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi dewasa dan harus berpindah-pindah dari satu habitat ke habitat lainnya selama periode tersebut. Penyu menjalani migrasi yang sangat jauh baik semasa tukik dan remaja, hingga setelah dewasa (Adnyana & Hitipeuw, 2009). Umumnya penyu sisik membutuhkan tiga jenis habitat dalam siklus hidupnya, yaitu habitat makan, habitat kawin dan habitat peneluran. Habitat makan dan habitat kawin berada di perairan yang memiliki karang, sedangkan habitat bertelur berada di daerah pantai (Richayasa, 2015).

Penyu memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun untuk mencapai usia reproduksi. Pada umur sekitar 20 – 50 tahun, penyu jantan dan betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah kelahirannya. Perkawinan penyu jantan dan betina terjadi di pantai lepas satu atau dua bulan sebelum peneluran pertama di musim tersebut. Penyu jantan dan betina memiliki beberapa pasangan kawin dan penyu betina menyimpan sperma penyu jantan di dalam tubuhnya untuk membuahi kumpulan telur yang akan ditelurkan pada musim tersebut (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009).

Penyu jantan akan kembali ke habitat makan setelah melakukan perkawinan. Penyu betina bergerak menuju wilayah yang dekat dengan daerah penelurannya dan mulai memproduksi telur dan membuahinya dengan sperma yang telah disimpan. Penyu betina akan naik ke darat, biasanya pada malam hari pukul 08.00 hingga menjelang fajar, untuk membuat sarang beberapa minggu setelah perkawinan pertamanya. Penyu bertelur sekali dalam interval waktu 2 – 3 tahun dan bertelur lebih dari sekali dalam satu musim peneluran (2 – 3 kali) sedangkan interval waktu mengeluarkan telur di pantai adalah 2 – 3 minggu. Telur akan menetas dalam waktu kurang lebih dua bulan. Setelah telur menetas, tukik akan keluar dari sarang dan bergerak menuju air laut. Selanjutnya penyu akan berkelana, mula-mula di perairan dangkal kemudian ke laut bebas hingga tidak diketahui lagi keberadaannya, yang disebut sebagai “tahun yang hilang (the lost year)”. Saat penyu dewasa kelamin, penyu akan datang kembali ke pantai peneluran tempatnya dilahirkan (Syamsuni, 2006).

Sumber Pustaka :

Nur Aini, A., A. Kadarsah, A. M. Sion. 2017. Konservasi Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Resort Sungai Cabang SPTN Wilayah III Tanjung Harapan – Taman Nasional Tanjung Puting. Laporan Kerja Praktek. Prodi Biologi FMIPA ULM (Tidak Dipublikasikan).