Arsip Bulanan: September 2018

KPSDH – Pertemuan 4. Media Pembelajaran Sumber Daya Hayati

Pendidikan Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Hayati

Pendidikan Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Hayati saat ini telah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi masyarakat dan keinginan melestarikan sumber daya bagi masa depan (Pranata dan Satria, 2015). Pendidikan konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Hayati juga mutlak untuk dikaji dan disebarluaskan sejak diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah tahun 1999 yang mendorong semakin intensifnya pemanfaatan sumberdaya hayati. Sebagai contoh, pembukaan kawasan Suaka Margasatwa Pelaihari Tanah Laut mendorong semakin mempercepat perluasan serta perubahan dinamika populasi dan juga keseimbangan ekosistem berdasarkan parameter indeks biodiversitas.

Sumber dan Alat Belajar

Kata media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Association for Education and Communication Technology (AET) mengartikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen (perangkat) yang digunakan untuk menjalankan kegiatan tersebut. Sumber belajar menjadi lima kategori yaitu : manusia, buku / perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting, baik media berupa : (1) panca indera manusia sebagai karunia dari Allah Subhanahuwata’ala kemudian (2) media pembelajaran berupa bahan pembelajaran yang akan disampaikan (perangkat lunak/ software), serta perangkat keras atau hardware yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu untuk belajar.

Dilihat dari jenisnya, media pendidikan dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu : Media auditif, visual dan audiovisual. Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemmpuan suara saja, seperti : radio, recorder, dan flash disk. Media ini tidak cocok untuk orang yang mempunyai kelainan dalam hal pendengaran. Media visual adalah media yang mengandalkan indra penglihatan. Media ini menampilkan gambar diam seperti film, rangkai foto, gambar atau lukisan, cetakan dan juga yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film dan dokumenter. Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur rupa dan gambar baik berupa audiovisual diam maupun audiovisual gerak.

Peran Media dalam Pendidikan Konservasi

Kehadiran media dalam pendidikan konservasi jelaslah sangat menguntungkan, bagi semua pihak baik pelaku pendidik maupun peserta didik. Hal ini disebabkan karena dengan penggunaan media maka penyajian materi belajar menjadi lebih jelas tidak bersifat verbal saja. Pemberian contoh-contoh yang menarik berupa fakta, data, gambar, grafik, foto atau video dengan atau tanpa suara menjadikan suasana belajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan siswa. Ketika seseorang belajar biologi konservasi maka yang lebih dituntut adalah kemampuan berinteraksi dengan obyek pengamatan yakni sumber daya hayati.  Penggunaan media pembelajaran yang baik serta penggunaan alat peraga praktek yang memadai disertai kemampuan untuk mengobservasi potensi dan kekayaan sumber daya hayati adalah sarana terbaik untuk mengungkapkan syukur atas segala karunia dari Allah Subhanahuwata’ala.

Untuk memudahkan pemahaman peserta kuliah Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Hayati, berikut ini adalah sembilan jenis media penunjang pembelajaran yang dapat diaplikasikan kepada khalayak umum sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu :

  1. Bahan publikasi : Koran (e-koran/koran elektronik), majalah (e-majalah/majalah elektronik), buku (e-book/buku elektronik)
  2. Bahan bergambar : gambar, bagan (chart), peta, poster, foto, lukisan, grafik, diagram.
  3. Bahan pameran : bulletin board, papan flannel, papan magnet, papan demontrasi.
  4. Bahan proyeksi : film, film strip, slide, transparansi, OHP.
  5. Bahan rekaman audio : recorder (perekam suara)
  6. Bahan produksi : kamera, video, recorder
  7. Bahan siaran : program radio, program televisi
  8. Bahan pandang dengar : TV, you tube, slide suara, media sosial (whatsapp, telegram, facebook, instagram, dll).
  9. Bahan model / tiruan : model irisan penampang batang, model torso tubuh.

Kesimpulan

Pengelompokan jenis media pembelajaran dapat disusun berdasarkan kategori sederhana sampai dengan kategori kompleks. Pengelompokkan juga dapat dilihat berdasarkan kategori harga murah sampai dengan yang termahal. Dalam hal ini masing-masing media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, keunggulan dan kelemahan tertentu yang masing-masing akan berbeda sesuai dengan jenisnya.

Tugas dan Pertanyaan!

Setelah membaca penjelasan di atas jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini melalui tautan ini!

Iklan

KPSDH – Pertemuan 3. Identifikasi Potensi Sumber Daya Hayati

PENGERTIAN SUMBER DAYA HAYATI

Bioresources atau sumber daya hayati / SDH adalah sumber daya hidup (makhluk hidup) yang dapat digunakan oleh manusia untuk menjalankan berbagai fungsi kehidupan yakni : (1) menghasilkan makanan, (2) produk substansial, dan (3) pembawa energi (http://bioresource.eu/bioresources/), dalam rangka menjalankan ketaatan untuk beribadah kepada Allah Subhanahuwata’ala dan bersyukur atas segala karunia yang diberikan-Nya.  Mereka dapat dikategorikan menjadi empat jenis yakni SDH Primer, SDH Sekunder, SDH Tersier, dan SDH Kuarter. 

SDH Primer adalah sumber-sumber daya hayati primer yang dibuat untuk tujuan spesifik yang berorientasi pada aplikasi di bidang kehutanan, pertanian, atau budidaya untuk memungkinkan produksi makanan, produk-produk substansial, atau energi. Contohnya adalah : kayu, biji-bijian, kentang, bambu, dan ganggang. Catatan : (1) Tidak semua tanaman dapat dianggap sebagai sumber daya hayati primer, contohnya adalah tanaman yang berada di taman yang digunakan untuk tujuan rekreasi. (2) Tanaman purba yang berada di hutan juga bukan merupakan sumber daya hayati primer. Sumber daya hayati primer asli adalah semua bagian yang miliki tanaman atau hewan yang digunakan secara langsung tidak melalui proses pengolahan atau bagi hewan tidak melalui proses penyembelihan. Sedangkan sumber daya hayati primer yang diproses adalah bagian-bagian yang dianggap paling bernilai tambah dari sumber daya primer asli yang diperlukan untuk menghasilkan “produk inti”. Contohnya : pohon cemara → kayu batang → pulp untuk kertas.

Sumber daya hayati sekunder adalah SDH yang dihasilkan selama pemrosesan primer dan pada industri pengolahan lebih lanjut dianggap sebagai produk sampingan atau residu. Sifat khas SDH sekunder adalah semakin bertambah asli karena berasal dari bahan murni, mengandung sedikit kotoran, dan diproduksi dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh adalah buah residu. Sekitar 25% biomassa jeruk adalah kulit jeruk yang masih mengandung berbagai ekstrak menarik dan bahan organik yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Terdapat dua macam SDH sekunder yaitu : 1. Hasil dari pengolahan. Terdiri dari bagian-bagian yang dimiliki sumber primer yang dapat dipisahkan bukan saja melalui cara mekanis, tetapi juga proses biologis, kimia, atau pun fisik. 2. Residu hasil pemeliharaan, yakni SDH yang dipanen dari area hijau yang luas seperti taman, rumput, tempat olahraga, dan tanggul, kemudian dalam jumlah yang signifikan namun kualitas dan kondisinya terkendali terutama dalam hal kemurnian dan kesegaran.

SDH Tersier pada dasarnya juga merupakan salah satu bagian dari bahan utama, yang dipisahkan sepanjang rantai pengolahan (sumbernya tidak asli), dengan jumlah residu yang dihasilkan lebih sedikit dibadingkan SDH Sekunder. Terbentuk akibat modifikasi yang tidak terkontrol, misalnya produk dari hasil degradasi yang dihasilkan selama penyimpanan dan umumnya memiliki nilai yang lebih rendah daripada SDH sekunder. Contohnya adalah limbah Algae (rumput laut) yang dicampur dengan sampah dari hasil pembersihan di pantai.

SDH kuarter adalah residu yang terjadi setelah suatu produk digunakan yang dapat dibedakan berdasarkan kerangka waktu dari generasi awal setelah mulai dimanfaatkan dalam tiga kategori : jangka pendek, menengah, dan panjang. 1. Kategori jangka pendek, dimulai setelah mulai setelah produk digunakan misalnya konsumsi makanan dan pakan dalam bentuk kotoran dan urin yang dihasilkan pada skala waktu jam tertentu. 2. Kategori jangka menengah, yakni muncul dalam hitungan beberapa hari hingga bulan setelah dimulainya pemanfaatan. Misalnya, bahan pengemasan yang hanya digunakan untuk satu periode transportasi, atau cetakan yang digunakan untuk satu kali pengolahan. 3. Kategori waktu panjang yakni kelompok penggunaan yang dapat mencapai umur tahun sampai ke hitungan abad. Sebagai contoh, bahan-bahan konstruksi kayu, yang terintegrasi di rumah-rumah dapat berlangsung selama beberapa dekade hingga berabad-abad sampai menjadi kayu limbah. Juga bahan yang digunakan untuk konstruksi furnitur umumnya memiliki masa hidup yang panjang mulai dari hitungan tahun sampai ke dekade.

PENGERTIAN KONSERVASI DAN PENGELOLAAN

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengelolaan diartikan sebagai  proses, cara, atau perbuatan mengelola yakni melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain. Pengelolaan juga diartikan sebagai proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi sekaligus pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Sedangkan konservasi adalah upaya pemeliharaan dan perlindungan sesuatu benda yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan pengawetan dan pelestarian.  Dan secara harfiah, konservasi adalah upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memanfaatkan sumber daya hayati dan lingkungan dengan cara melindungi dan  melestarikannya dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahuwata’ala dan bersyukur atas segala karunia yang diberikan-Nya.

Usaha konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati akan sangat terkait dengan situasi dan kondisi yang ada pada sumber daya hayati tersebut. Sehingga paling tidak ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan dalam menerapkan usaha konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati yakni : (1) Sumber daya hayati yang dipacu untuk menghasilkan makanan dan serat maka harus dikelola dengan cara memertahankan potensi produktifnya, (2) Sumber daya hayati yang telah mengalami degradasi akibat aktivitas manusia maka harus dipulihkan kelengkapan asli yang dimilikinya dan juga layanan yang dihasilkannya, dan (3) Jika sumber daya hayati tersebut berada dalam kondisi sedikit dipengaruhi oleh aktivitas manusia, maka diperlukan adalah perlindungan fungsinya beserta konservasi keanekaragaman hayati.

PERLINDUNGAN KAWASAN KONSERVASI

Kegiatan konservasi juga selalu berhubungan dengan suatu kawasan, dimana kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya (Undang-undang No. 32 Tahun 2009). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber dayabuatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Terkait kawasan lindung setidaknya ada dua jenis yakni : Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Cagar alam dan suaka margasatwa merupakan contoh dari Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan bagian dari Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Disebut Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sedangkan suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya.

Adapun kawasan budidaya setidaknya ada tiga jenis yaitu : Taman nasional, Taman hutan raya dan Taman wisata alam. Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman hutan raya dibuat untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan Taman wisata alam dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.

IDENTIFIKASI DALAM KONSERVASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA HAYATI

Perlu diingat untuk melakukan konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati maka terlebih dahulu diperlukan kegiatan identifikasi masalah dan serta analisis kebutuhan yang diperlukan sumber daya hayati.  Identifikasi berasal dari kata Identify yang artinya meneliti, menelaah. Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari “kebutuhan” lapangan. Secara intensitas kebutuhan dapat dikategorikan (dua) macam yakni kebutuhan terasa yang sifatnya mendesak dan kebutuhan terduga yang sifatnya tidak mendesak (https://id.wikipedia.org/wiki/Identifikasi). Dalam kaitannya dengan Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Hayati maka identifikasi merupakan langkah awal yang teramat sangat penting, mirip dengan kedudukan niat yakni sebagai dasar beramal dan amalan yang akan diterima oleh Allah Subhanahuwata’ala dalam menjalankan ajaran agama Islam.

Identifikasi atau dikenal dengan nama pencandraan adalah pengamatan terhadap makhluk hidup yang akan diklasifikasi. Biasanya pengamatan yang dilakukan adala mengamati ciri-ciri dan sifat-sifat yang menempel pada makhluk hidup tersebut. Dalam kajian Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Hayati pengamatan ciri dan sifat dilakukan berdasarkan parameter morfologi, fisiologi, anatomi, kromosom, dan tingkah laku. Untuk menentukan adanya persamaan dan perbedaan diantara dua makhluk hidup yang dibandingkan maka diperlukan alat pembanding berupa gambar, realia atau spesimen (awetan hewan dan tumbuhan), hewan atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya, atau juga kunci identifikasi. Dalam hal ini kunci identifikasi disebut juga sebagai kunci determinasi.

Suatu jenis kunci identifikasi yang paling sederhana dan paling mudah digunakan dinamakan sebagai kunci dikotomi. Kunci ini bentuknya menggarpu dan cocok untuk mengidentifikasi suatu makhluk hidup tertentu termasuk dalam kelompok mana saja. Agar memudahkan pemahaman dapat dilihat pada contoh diagram di bawah ini (Gambar 1).

identifkasi makhluk hidup

Gambar 1. Diagram kunci dikotomi klasifikasi makhluk hidup

Empat tahapan yang perlu dilakukan dalam menggunakan kunci determinasi atau identifikasi dengan tujuan menentukan nama suatu kelompok makhluk hidup adalah sebagai berikut : (1) Mengambil objek yang diamati secara lengkap, jika tumbuhan maka bagian yang diambil harus selengkap mungkin, mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan buah serta biji. (2) Mengamati objek, jika perlu gunakan lup untuk memperbesar objek. (3) Mencocokkan hasil pengamatan dengan kunci determinasi yang memuat ciri-ciri objek tersebut. dan (4) Menentukan nama atau kelompok objek dan menuliskan rumus determinasinya.

KESIMPULAN

  1. melakukan konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati maka terlebih dahulu diperlukan kegiatan identifikasi masalah dan serta analisis kebutuhan yang diperlukan sumber daya hayati. 
  2. Cara yang diperkirakan efektif untuk mengurangi hilangnya biodiversitas sumber daya hayati adalah mengurangi laju konversi lahan dan membuat perencanaan konservasi dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan populasi manusia, perubahan iklim, dan dampak perubahan global lainnya.
  3. Usaha konservasi dan pengelolaan kondisi sumber daya hayati yang disebutkan di atas membutuhkan suatu itikad yang kuat, perencanaan yang baik, serta seperangkat aplikasi solid yang informatif berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah.

TUGAS

  1. Berikan pendapat dan komentar anda dalam kolom komentar di bawah ini!
  2. Untuk lebih memahami materi mengenai Identifikasi dalam Konservasi PSDH ini silakan klik tautan berikut ini!

KPSDH – Pertemuan 2. Pedoman Penilaian

Pada pertemuan kedua ini kita akan membahas mengenai komponen penilaian dosen, penilaian mahasiswa dan teknis praktikum di lapangan. Silakan diperhatikan, Tabel 1. di bawah ini menjelaskan mengenai komponen penilaian terhadap dosen yakni kehadiran, materi kuliah, sumber bahan kuliah, referensi, kemudahan materi, penguasaan dosen, materi baru, latihan dan pembahasan, membantu pembelajaran dan lain-lain.

Tabel 1. Komponen penilaian terhadap dosen

Penilaian terhadap Dosen

Tabel 2. di bawah ini juga menjelaskan mengenai komponen penilaian terhadap mahasiswa yakni komponen kehadiran, materi kuliah, sumber bahan kuliah, referensi, kemudahan materi, penguasaan dosen, materi baru, latihan dan pembahasan, membantu pembelajaran dan lain-lain.

Tabel 2. Komponen penilaian terhadap mahasiswa

Penilaian terhadap Mahasiswa

Ketentuan lain mengenai penyelenggaraan mata kuliah dan praktikum Konservasi dan PSDH antara lain :

  1. Semua praktikum Konservasi dan PSDH sebisanya akan dibawa ke lapangan, karena real case-nya ada dilapangan, jadi tidak hanya “bekisah” saja.
  2. Akan diadakan pemberitahuan kepada mahasiswa mengenai apa-apa saja yang akan dikerjakan di lapangan, target dan capaiannnya dengan jelas, begitu juga sistem penilaiannya. Namun semua mahasiswa juga harus mengusahakan hadir perangkat memadai, pulsa telekomunikasi, serta pulsa akses internet dan keaktifan koordinasi dengan sesama mahasiswa, asisten dan juga dosen.
  3. Dalam proses penilaian akan diberikan ruang seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk menunjukkan kemampuannya secara maksimal, bukan seleksi kemampuan tapi promosi kemampuan mahasiswa secara maksimal. Hal ini ditempuh dengan cara memiilih instrumen pendukung penilaiannya secara optimal.
  4. Kuliah Konservasi dan PSDH dbagi menjadi 16 x pertemuan sesuai dengan jumlah dosen pengajar dan di dalamnya sudah termasuk evaluasi. Evaluasi dilakukan pada saat mahasiswa sudah dianggap memenuhi kompetensi topik yang diberikan, baik single thopic atau pun colective thopic.
  5. Kompetensi disusun berdasarkan acuan atau kenyataan bahwa “kita tidak bisa mengubah batu bara menjadi intan”. Maka kompetensi akan ditinjau dari aspek perspektif, strategis, tapi tetap berpegang pada prinsip “semua mahasiswa pasti belajar, cuma waktu dan expektasinya berbeda-beda”.
  6. Dosen pengajar hanya bertugas memberikan inspirasi kepada mahasiswa tapi tidak paksa mereka untuk mengikuti keinginan mutlak dosen. Selain hal ini tidak berguna juga karena masalah yang akan dihadapi mereka (mahasiswa) ke depan nanti tidak pernah sama dengan masalah dosen sekarang.
  7. Penyelengaraan kegiatan ke lapangan akan dikompromikan waktunya dengan berbagai kondisi, Jikalau dosen memberikan tugas ke mahasiswa maka dosen harus tanggung berjawab mampu mendampingi dan menyelesaikan masalah, kemudian mahasiswa tanggung berjawab menyelesaikan komitmen yang sudah disepakati bersama dengan aktif komunikasi.
  8. Dosen tidak mengeksploitasi mahasiswa untuk mengumpulkan data demi kepentingan sendiri, namun harus ada manfaat yang jelas dan bisa diterima oleh mahasiswa. Dalam hal ini, instruksi yang diberikan harus sangat jelas, termasuk agreements dan serta akibatnya yang tidak boleh merugikan mahasiswa terutama dari sisi waktu.

Silakan komentar dan saran diberikan pada kolom komentar serta pengembangan keilmuan Konservasi dan PSDH juga melalui tautan ini!

KPSDH – Pertemuan 1. Kewajiban Mensyukuri Nikmat

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ المُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا النََّاسُ، لَقَدْ قَالَ الله ُعَزَّ وَجَلَّ فِيْ كِتَابِِِهِ الْكَرِيْمِ:

“Wahai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi? Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain dia, maka mengapa kalian berpaling?” (Fathir: 3)
Di dalam ayat tersebut Allah ta’ala memerintahkan kepada seluruh manusia agar mereka mengingat nikmat-nikmat-Nya. Karena yang demikian ini akan mendorong seseorang untuk bersyukur kepada Allah ta’ala.
Kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah ta’ala,
Ketahuilah, bahwa bersyukur kepada Allah ta’ala akan menyebabkan terjaganya nikmat yang dikaruniakan kepada seseorang dan menyebabkan datangnya nikmat-nikmat Allah ta’ala yang lainnya. Namun sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Ibnu Al-Qayyim, syukur itu tidak akan terwujud kecuali jika terbangun di atas lima perkara. Yaitu dengan merendahkan dirinya kepada Allah ta’ala, mencintai-Nya, mengakui bahwa nikmat tersebut merupakan karunia dari Allah ta’ala, memuji Allah ta’ala dengan lisannya, dan tidak menggunakan nikmat tersebut untuk perkara yang dibenci oleh Allah ta’ala. Oleh karena itu, sudah semestinya bagi kita untuk melihat kembali usaha kita dalam mewujudkan rasa syukurnya kepada Allah. Karena apabila salah satu dari lima perkara yang harus dipenuhi tersebut tidak dilakukan, maka belum dikatakan orang tersebut telah bersyukur.
Dengan demikian, bersyukur itu tidaklah cukup dengan mengucapkan alhamdulillah atau dengan sekadar menyadari bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah ta’ala. Bahkan tidak cukup pula meskipun kemudian dia tunjukkan dengan menghinakan diri serta tidak menyombongkan dirinya kepada Allah ta’ala. Akan tetapi harus dilengkapi dengan mencintai Allah ta’ala dan membuktikan cintanya tersebut dengan menggunakan nikmat-nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Allah ta’ala telah memberitakan dalam ayat-Nya, bahwa keridhaan-Nya hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bersyukur, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia akan meridhai kalian (dari perbuatan syukur tersebut).” (Az-Zumar: 7)
Oleh karena itu, sudah semestinya bagi orang-orang yang mengharapkan surga Allah ta’ala untuk memperbaiki dirinya dalam bersyukur kepada Allah ta’ala. Karena kalau tidak demikian, maka bisa jadi seseorang menyangka dirinya telah bersyukur namun ternyata tidak demikian kenyataannya. Padahal Allah ta’ala sebagaimana dalam firman-Nya, telah membagi manusia menjadi dua kelompok. Yaitu kelompok orang-orang yang bersyukur dan kelompok orang-orang yang kufur, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; maka (manusia) ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (Al-Insan: 3)
Maka marilah kita berusaha melihat pada diri kita masing-masing. Pada kelompok yang mana kita berada? Sudahkah kita mensyukuri nikmat waktu, nikmat sehat, penglihatan, pendengaran, lisan dan lain-lainnya dengan menggunakannya untuk beribadah di jalan Allah ta’ala? Sudahkah kita mensyukuri nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada kita, kemudahan dalam sarana transportasi dan komunikasi serta yang semisalnya untuk digunakan di jalan Allah ta’ala? Ataukah justru sarana tersebut digunakan untuk bermaksiat kepada Allah ta’ala?
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ingatlah, bahwa nikmat-nikmat Allah ta’ala yang dikaruniakan kepada kita sangat banyak dan kita akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mensyukuri nikmat-nikmat Allah ta’ala dan jangan mengkufurinya. Rasulullah n telah mencontohkan kepada umatnya dan menganjurkan umatnya untuk mensyukuri nikmat. Tersebut di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam Shahih keduanya, melalui jalan sahabat Anas radiyallahu’anhu: Bahwasanya Nabi n melewati sebiji kurma ketika sedang berjalan, maka beliau bersabda:
لَوْلاَ أَنْ تَكُوْنَ مِنَ الصَّدَقَةِ لَأَكَلْتُهَا
“Kalaulah bukan (karena aku takut) kurma tersebut dari shadaqah, sungguh aku akan memakannya.”
Dari satu hadits ini saja, kita bisa mengetahui betapa besarnya perhatian Nabi  terhadap nikmat Allah ta’ala, sehingga tidak membiarkan meskipun hanya sebiji kurma untuk dibuang dan rusak tanpa dimanfaatkan. Kalau kita bandingkan dengan keadaan sebagian kita, akan kita dapatkan perbedaan yang sangat jauh. Makanan yang dibuang sia-sia merupakan pemandangan yang mungkin setiap hari dijumpai di sebagian rumah kita. Baik karena berlebihan dalam memasaknya atau membelinya yang kemudian menjadi rusak dan busuk sehingga kemudian dibuang sia-sia. Padahal terkadang makanan tersebut bukanlah makanan yang murah harganya atau mudah mendapatkannya. Sementara di sekitar rumahnya banyak orang-orang fakir miskin yang tidak memiliki makanan. Sudah semestinya bagi kita semua untuk berusaha memperbaiki dirinya dalam bersyukur kepada Allah ta’ala.
Saudara-saudaraku yang mudah-mudahan dirahmati Allah ta’ala,
Ketahuilah, bahwa seseorang apabila tidak mensyukuri nikmat Allah ta’ala, maka dia akan berada pada satu dari dua keadaan. Kemungkinan yang pertama, Allah ta’ala akan mengambil nikmat tersebut darinya dan kemungkinan yang kedua, nikmat tersebut akan terus bersamanya namun akan menambah beratnya siksa di akhirat kelak. Maka tentunya kita semua tidak ingin terjatuh pada salah satu dari kedua keadaan tersebut.
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa dibiarkannya mereka (terus mendapat nikmat) adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami membiarkan mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka nantinya adzab yang menghinakan.” (Ali ‘Imran: 178)

Dengan demikian kita akan diselamatkan dari berbagai ajaran yang menyimpang dan selanjutnya mendapatkan janji Allah, yaitu kenikmatan surga pada kehidupan yang selamanya nanti. Wallahu a’lam bish-shawab.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Dikutip seluruhnya dari :

Anonim. 2011. Kewajiban Mensyukuri Nikmat. Asy Syariah Edisi 039. Alamat : http://asysyariah.com/kewajiban-mensyukuri-nikmat/. Diakses tanggal 13 September 2018.
ِِ

KPSDH – Pertemuan 1. RPKPS

Deskripsi singkat :

Didalam mata kuliah Konservasi dan PSDH (Pengelolaan Sumber Daya Hayati) ini mahasiswa diberikan pengertian-pengertian tentang : penciptaan alam semesta serta penyediaan sumber daya bagi manusia, kewajiban bersyukur atas karunia sumber daya alam hayati dan bersabar atas keterbatasan, pembagian sumberdaya alam hayati dan non hayati, mekanisme hilangnya / pemiskinan sumberdaya alam hayati, prinsip-prinsip dan strategi konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati, upaya konservasi dan PSDH (Pengelolaan Sumber Daya Hayati) di kawasan lindung, dan meningkatkan kapasitas manusia guna melestarikan sumberdaya alam hayati.

Standar Kompetensi :

Menanamkan pengertian kepada mahasiswa akan pentingnya : bersyukur kepada Rabb yang menyediakan sumber daya untuk manusia, konservasi dan PSDH (Pengelolaan Sumber Daya Hayati) sehingga sumberdaya alam hayati dapat tetap lestari bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Dasar Kompetensi :

Setelah selesai mengikuti mata kuliah Konservasi dan PSDH (Pengelolaan Sumber Daya Hayati)ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang :

  1. Kewajiban mengenal Pencipta Alam Semesta, bersyukur atas pemberiannya, dan bersabar atas keterbatasan yang ada.
  2. Pengertian sumberdaya alam hayati dan non hayati dan mekanisme hilangnya keanekaragaman hayati.
  3. Prinsip-prinsip konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati
  4. Strategi konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati
  5. Kawasan Lindung di setiap ekosistemdan upaya konservasi dan PSDH (Pengelolaan Sumber Daya Hayati) di kawasan lindung,
  6. Pengenalan penduduk setempat dan hubungannya dengan kawasan lindung.
  7. Meningkatkan kapasitas manusia guna melestarikan sumberdaya alam hayati.

PEMBAGIAN KELOMPOK DISKUSI MK Konservasi dan PSDH

Kelompok 1 : Pengertian sumberdaya alam hayati dan non hayati dan mekanisme hilangnya keanekaragaman hayati.

Kelompok 2 : Prinsip-prinsip konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati

Kelompok 3 : Strategi konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati

Kelompok 4 :Kawasan Lindung di setiap ekosistemdan upaya konservasi dan PSDH (Pengelolaan Sumber Daya Hayati) di kawasan lindung,

Kelompok 5 : Pengenalan penduduk setempat dan hubungannya dengan kawasan lindung.

Kelompok 6 : Meningkatkan kapasitas manusia guna melestarikan sumberdaya alam hayati.

Rencana Kegiatan :

Minggu 1 : Pendahuluan, Silabus, Kontrak Kerja, dan Perencanaan Praktikum

Minggu 2 : Presentasi mengenai : Penciptaan Alam Semesta, bersyukur atas pemberiannya, dan bersabar atas keterbatasan yang ada

Minggu 3 : Diskusi kelompok 1 sd kelompok 6 : Presentasi

Minggu 4 : Identifikasi konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut)

Minggu 5. Analisis deskriptif dan SWOT konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut)

Minggu 6. Perencanaan konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut)

Minggu 7 : Praktik konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut)

Referensi :

  1. Al-Quran dan Terjemahan. Departemen Agama, Republik Indonesia.
  2. Abdurrahim. U.A.A. 2015. Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Al Qur’an dan Hadits. ISBN. 978-979-153070-7-0. Cetakan Pertama. Penerbit Hikmah Anak Sholih, Yogyakarta.
  3. Anonim. 1995. Strategi Keanekaragaman Hayati Global. Gramedia . Jakarta;
  4. Hardjo Soemantri. 1991. Konservasi SDAH dan Ekosistemnya. UGM. Yogyakarta;
  5. John and Kathy Mac Kinnon. 1993. Pengelolaan Kawasan Yang dilindungi Di
    Daerah Tropis. Gajah Mada Press. Yogyakarta;
  6. Soerianegara I. 1998. Pengelolaan Sumberdaya Alam. Dan Lingkungan . IPB.
    Bogor;
  7. Mangunjaya, F.M. 2006. Hidup Harmonis dengan Alam. Esai esai Pembangunan
    Lingkungan, Konservasi dan Keanekaragaman Hayati. Yayasan Obor Indonesia.
  8. Mochamad Indrawan, Richard B. Primack dan Jatna Supriatna. 2007. Biologi
    Yayasan Obor Indonesia.
  9. Kadarsah, A. 2015. Waterbirds Biodiversity And Attendance In Rhizophora Sp. Mangrove Stands Of Varying Planting Ages. TWJ VOLUME 1 No.1 NOVEMBER 2015 ISSN : 2338-7653. http://twj.unlam.ac.id/index.php/twj/article/download/7/6.

  10. Kadarsah, A., dan Krisdianto. (2016). Identification And Characterization Of Anthropogenic Activities And Its Effect On Wetlands Ecological Functions : Simulation Case Of Riam Kanan River In Banjar District. Presented at International Conference of the Society for Indonesian Biodiversity (ICB). May 29, 2016. Padjadjaran University, Bandung. Alamat : http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0304aaALL.pdf.

  11. Kadarsah, A. & Susilawati, I. O. (2018). Kajian Perbandingan Luas Pekarangan dan Kearifan Lokal Jenis Tanaman Obat di Pesisir pantai Kabupaten Tanah Laut. Jurnal Biodjati, 3 (1), 36-46.

Tugas tambahan :

  1. Silakan klik tautan berikut ini untuk mengisi biodata terkait materi kuliah Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Hayati!
  2. Jangan lupa berikan komentar terkait tulisan pada website ini!

Penilaian :

NO KOMPONEN PERSENTASE PENGAJAR
1 TUGAS 1 10 ANANG KADARSAH,S.Si.,M.Si.
2 UTS 1 20 ANANG KADARSAH,S.Si.,M.Si.
3 PRAKTIKUM 1 20 ANANG KADARSAH,S.Si.,M.Si.
4 TUGAS 2 10 DR. DRS. KRISDIANTO, M.Sc.
5 PRAKTIKUM 2 20 DR. DRS. KRISDIANTO, M.Sc.
6 UAS 20 DR. DRS. KRISDIANTO, M.Sc.
TOTAL 100

Wawasan Biologi Lingkungan

Konsep Biologi Lingkungan
Berbicara tentang biologi lingkungan maka kita akan dihadapkan kepada pemahaman tentang bagaimana lingkungan kita bekerja dan bereaksi. Pengetahuan seperti ini tentunya membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang organisme apa saja yang hidup di dalamnya, bagaimana organisme berinteraksi dan sistem seperti apa yang digunakan untuk menunjang kehidupan di mana mereka berpartisipasi. Kita perlu menyadari bahwa bumi yang kita tinggali ini memiliki kapasitas, waktu, dan ruang yang terbatas. Pemahaman mengenai arti penting biologi lingkungan sangat berguna untuk pengembangan pengetahuan lain seperti : sejarah lingkungan, geografi, penggunaan dan pengembangan lahan, penilaian dampak lingkungan, pertanian dan kehutanan, perubahan iklim, pencemaran dan juga konservasi sumber daya.
Konsep Wawasan Lingkungan

Secara umum wawasan lingkungan yang digunakan manusia berabad lalu sampai sekarang cenderung menggunakan pendekatan antroposentrisme. Antroposentrisme memandang bahwa segala sesuatu di muka bumi meliputi segala sumber daya alam yang terbentang luas di segala sudut digunakan sepenuhnya untuk kepentingan manusia dan kebutuhan di dunia semata. Sehingga organisme lain yang berada di sekitarnya kurang diperhitungkan manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di muka bumi. Organisme lain tersebut termasuk di dalamnya tumbuhan, hewan, berbagai protista, jamur, eubakteri dan arkeabakteri seolah tidak punya hak yang sama dengan manusia. Padahal organisme lain ini berhak hidup dan melangsungkan kehidupannya. Memang organisme lain ada yang sangat mengganggu dan menyebabkan penyakit pada manusia. Manusia berupaya terus membasmi berbagai organisme pengganggu ini. Sementara terdapat berbagai makroorganisme yang terpaksa mengalah dan terdesak oleh berbagai kepentingan manusia akhirnya mati danmusnah. Makroorganisme ini sekarang ini hanya tersisa beberapa spesies dan bahkan populasinya hanya dalam jumlah sedikit dan dalam kondisi terancam. Akibat manusia menjadi terlalu dominan di alam bumi ini (Sueb, 2014).

Konsep Islam dalam memandang lingkungan memang jauh berbeda dibandingkan dengan konsep di atas (pendekatan antroposentrisme). Islam memandang bahwa pengelolaan lingkungan dan sumber daya harus dilandasi oleh keyakinan bahwa dia adalah seorang hamba yang diberi tugas sebagai khilafah (pelaksana) di muka bumi ini dalam rangkaian beribadah kepada Allah Subhanahuwata’ala semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, juga mengikuti tuntunan dari utusan-Nya yakni Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Pengetahuan terhadap hal tersebut akan menuntun manusia untuk bijaksana dan arif memanfaatkan keterbatasan bumi ini dan beramal dengan sebaik-baiknya, kemudian memperoleh balasan atas perbuatan baik tersebut di akhirat nanti. Islam adalah agama yang sempurna mengatur sendi-sendi kehidupan bukan hanya kehidupan manusia tapi semua makhluk (nyata maupun ghaib). Konsep Islam yang diadopsi di negara kita terdapat pada Undang-Undang Lingkungan No. 4 Tahun 1982 yang menyatakan bahwa lingkungan hidup, yaitu sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Meskipun demikian, manusia adalah makhluk yang memiliki beban paling berat, karena manusia sudah menyanggupi dirinya menjadi pengelola (khalifah) di muka bumi ini dan tentunya yang paling bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup bumi ini. Kita mengenal bahwa lingkungan diketahui terdiri atas unsur biotik seperti : manusia, hewan, dan tumbuhan dan juga unsur abiotik seperti : udara, air, tanah, iklim dan lainnya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman : “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” (Al Qur’an Surat Al Hijr : 19 – 20).

Lingkungan hidup sebagai sumber daya yang disediakan oleh Allah Subhanahu wata’ala adalah media utama kehidupan yang dapat dimanfaatkan manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah Allah Subhanahu wata’ala berfirman :“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al Qur’an Surat Al Mulk : 15). Akan tetapi, lingkungan hidup sebagai sumber daya mempunyai regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau penggunaannya di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, maka sumber daya terbaharui dapat digunakan secara lestari. Akan tetapi apabila batas itu dilampaui, sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsinya sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan.

Konsep Penguasaan Biologi Lingkungan

Untuk tujuan penguasaan pengetahuan Biologi, menurut KOBI (2015) diperlukan setidaknya tiga aspek penguasaan penting yang masing-masing mengandung pemahaman tersendiri yakni : (1) Penguasaan pengetahuan tentang prinsip- prinsip biologi (misal: konsep spesies, populasi, gen) ; (2) Penguasaan pengetahuan tentang konsep aplikasi bidang biologi (misal: konsep mengaplikasikan metode analisis vegetasi untuk konservasi sumber daya hayati), dan (3) Penguasaan pengetahuan tentang prinsip dasar aplikasi perangkat untuk keperluan analisis dan sintesis di bidang Biologi (misal: prinsip dasar aplikasi mikroskop ). Dalam hal ini, lulusan biologi dituntut memiliki aspek lain yakni Kemampuan Kerja (Khusus) yang dijabarkan menjadi tiga kemampuan, yaitu : (1) kemampuan lulusan dalam memecahkan masalah sederhana di bidang Biologi berkaitan dengan kontribusinya dalam suatu tim/organisasi untuk pengambilan keputusan yang tepat, (2) kemampuan memanfaatkan keilmuan Biologi dalam kehidupan sehari-hari baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakatnya, dan (3) kemampuan untuk melaksanakan ide kreatif dalam mengelola sumber daya hayati di lingkungan tertentu (lingkup spesifik).
Kajian Biologi
Dalam bidang kajian biologi, cabang ilmu pengetahuan alam ini mempelajari tentang sistem organisasi makhluk hidup yang mencakup kajian struktur, proses, keanekaragaman dan kelangsungan sistem tersebut. Karena itu kajian biologi selanjutnya didalami pada :
(1) Biologi Sel dan Molekuler yang mempelajari organisasi benda hidup tingkat sel dan sub-seluler,
(2) Fisiologi mempelajari proses-proses yang terjadi dalam sistem benda hidup,
(3) Genetika yang mempelajari substansi gen dan proses-proses pewarisannya untuk menjamin kelangsungan sistem benda hidup,
(4) Struktur dan Perkembangan yang mempelajari organisasi tingkat individu dan perubahan ontogenik organisasi tersebut,
(5) Biosistematika dan Evolusi yang mempelajari keanekaragaman mahluk hidup dan sejarah filogeninya, serta
(6) Ekologi yang mempelajari organisasi interaksi individu dari tingkat populasi, komunitas, ekosistem sampai dengan biosfer.
Enam bidang kajian tersebut kemudian disebut sebagai Bonggol Ilmu Biologi.
Ekologi sebagai Dasar Ilmu Lingkungan
Dalam kajian biologi lingkungan, ekologi menjadi dasar pengembangan keilmuan dan pemanfaatan konsep serta aplikasinya. Dengan demikian, bahan kajian minimum
yang harus dikuasi mahasiswa peminat biologi lingkungan adalah meliputi hal-hal berikut ini :
1. Ekologi: konsep populasi dan komunitas, habitat dan relung ekologis, Interaksi organisme dengan lingkungannya, food web dan food chain, ekosistem.
2. Ekologi Populasi: Dinamika populasi dan faktor pembatas.
3. Ekologi Komunitas: suksesi dan dinamika komunitas.
4. Biodiversitas: Ruang lingkup, Biodiversity value,dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
5. Biokonservasi: prinsip dasar, ecosystem services, rancangan dan manajemen konservasi.
6. Ilmu Lingkungan: Ruang lingkup dan elemen-elemen lingkungan, kualitas lingkungan hidup, masalah lingkungan,sumber daya air, tanah dan batuan.
Pustaka

Mitchell, B., dkk. (2000). Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Sueb. (2014). Mengembangkan Wawasan Lingkungan dengan Menggunakan Paradigma Ekologis Baru Sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Available from: https://www.researchgate.net/publication/282660967_Mengembangkan_Wawasan_Lingkungan_dengan_Menggunakan_Paradigma_Ekologis_Baru_Sebagai_Upaya_Mengurangi_Pencemaran_Lingkungan [accessed Sep 06 2018].

Note :

Untuk peserta matrikulasi Biologi FMIPA ULM Semester ganjil 2018/2019 mengenai Wawasan Biologi Lingkungan silakan klik tautan berikut ini untuk mengisi biodata dan diskusi mengenai materi Wawasan Biologi Lingkungan

Mengelola Referensi, Tulisan dan Daftar Pustaka

Dalam penulisan sebuah karya ilmiah, penyebutan sumber referensi yang menjadi rujukan adalah suatu keharusan untuk menghindari tindakan plagiarisme. Dilain pihak, keterbatasan kemampuan (pengetahuan) penulis dalam mengacu referencing system dapat menjerumuskan kepada tindak plagiarisme yang tidak disengaja. Saat ini, seiring dengan kemajuan teknologi informasi, banyak tersedia alat bantu yang memudahkan penulis dalam membuat sitasi dan daftar pustaka (Soeprijanto, 2016).

Dalam dunia pendidikan, kalangan mahasiswa, dosen, pustakawan, ataupun profesi lainnya, terlebih yang berkaitan dengan akademik, pasti berhubungan dengan proses mencari dan menyimpan dokumen referensi. Terdapat cara lama yang terkadang masih digunakan. Misalnya, ketika menyimpan dokumen PDF artikel jurnal, disimpan dalam folder tertentu dan nama filenya diganti dengan nama pengarang atau judul artikel. Selain itu, misalnya mendapatkan laman html yang bagus ada yang menyimpan dengan cara Ctrl+A, kemudian buka aplikasi pengolah kata, lalu Ctrl+V. Atau cara lain dengan Ctrl+D atau Ctrl+S. Tentunya, itu bukan hal yang keliru, namun kita akan lihat, apakah ada cara lain yang lebih baik untuk mengelola dokumen tersebut? (Purwoko, 2017).

Dalam penulisan pustaka pun demikian, sampai saat ini sebagian dari kita masih menggunakan cara tradisional manual, yaitu dengan menuliskan satu persatu diakhir proses penulisan, akibatnya kadang ada ketidakkonsistenan tipe, ada yang tidak tercantum di daftar pustaka tetapi di tulisan kita acu maupun sebaliknya. Hal itu juga akan membuat repot jika ada pergantian pola atau tipe daftar pustaka yang harus disusun karena harus merubah satu-persatu, apalagi dalam penulisan artikel jurnal ilmiah setiap jurnal mempunyai gaya selingkung/aturan sendiri-sendiri (Soeprijanto, 2016).

Saat ini telah tersedia berbagai aplikasi manajemen referensi untuk memudahkan kita menuliskan daftar pustaka baik yang berbayar misalnya EndNote maupun yang gratis misalnya Mendeley, Zotero dan lain sebagainya (Sunardi, 2015). Software manajemen referensi memiliki beberapa fungsi. Pertama untuk mencari, menyimpan, mencari (di komputer), dan membacanya. Fungsi ini mirip seperti katalog perpustakaan. Ketika koleksi buku terdaftar pada katalog, maka jumlah yang banyak, dan letak koleksi yang tersebar tidak akan menjadi masalah ketika dilakukan proses pencarian. Nah, menggunakan software manajemen referensi juga demikian. Misal dokumen PDF ada di D, E, F, akan mudah menemukannya lagi ketika membutuhkan. Cukup dilakukan pencarian melalui satu antarmuka saja. Fungsi berikutnya, software ini digunakan untuk membantu membuat kutipan dan daftar pustaka. Software ini akan membantu mendapatkan sumber kutipan, dan menempatkannya dalam daftar pustaka. Jumlah sumberyang dikutip dan daftar pustaka yang tersusun akan sama, tidak selisih. Fungsi terahir, untuk berjejaring.Fungsi ini ada yang digunakan semuanya, atau yang diperlukan saja.Ada beberapa software manajemen referensi: Zotero, Mendeley, EndNote, Refwork dan lainnya (Purwoko, 2017).

Kali ini akan dibahas sedikit tentang Mendeley, yang selain gratis juga menyedian ruang maya secara cuma-cuma sebesar 2GB atau lebih besar lagi jika kita membayar dengan biaya tertentu, jadi kita bisa mengerjakan tulisan dimanapun asal kita punya koneksi internet. Aplikasi ini tersedia dalam dua basis yaitu Web dan Desktop serta sudah mendukung Windows maupun Macintosh. Seperti aplikasi lainnya, Mendeley juga mendukung plugin yang bisa berkolaborasi dengan Microsoft Office sehingga akan mempermudah pembuatan daftar referensi ketika selesai menulis tulisan ilmiah, tinggal satu kali klik semua referensi telah tersusun sesuai dengan keinginan kita. Cara menggunakannya adalah sebagai berikut (Sunardi, 2015) :

  1. Buka situs www.mendeley.com setelah itu silahkan register dan kemudian Sign Up.
  2. Unduh aplikasi Mendeley pada situs tersebut dan instal di laptop atau PC.
  3. Lakukan verifikasi pendaftaran/registrasi melalui pesan yang dikirim melalui email yang digunakan untuk registrasi tadi.
  4. Mendeley siap bekerja untuk kita.
  5. Mulai jalankan aplikasi dengan membuat library dengan cara mengunduh artikel, jurnal dari beberapa sumber seperti sciencedirect, springerlink, ebsco atau sumber yang lainnya.
  6. Lakukan validasi metadata, artikel/jurnal yang sudah didapat perlu di validasi untuk memastikan sumber yang didapatkan benar sesuai dengan penulis. Cara validasi adalah dengan melakukan klik Details are correct.
  7. Untuk mengoneksikan Mendeley dengan Microsoft Word maka perlu dilakukan instalasi plugin Mendeley dengan cara klik menu Tools pada aplikasi Mendeley, pilih Install MS Word Plugin.
  8. Langkah selanjutnya adalah membuat kutipan di tulisan kita pada Microsft Office Word, langkah yang dilakukan adalah dengan cara klik menu References pada Microsoft Office Word, pilih Insert Citation.
  9. Pilih jurnal atau artikel yang akan dikutip dengan meng-klik artikel tersebut (cari di library).
  10. Setelah semua selesai tinggal membuat daftar pustaka pada akhir penulisan dengan cara klik menu References, pilih Insert Bibliography maka secara otomatis akan terbuat Daftar Pustaka.
  11. Jika ingin merubah style Bibliography ke style yang lain misalnya Harvard (misalnya Sunardi et al, 2014) ke Vancouver (yang memakai angka [2]), langkah yang dilakukan dengan cara klik References, pilih Style dan sesuaikan dengan gaya yang dikehendaki. Secara otomatis akan berganti style Daftar Pustaka. Semua akan tersusun dengan rapi dan lengkap jika dari awal tulisan kita secara teratur menuliskan referensi yang kita kutip.
  12. Untuk referensi yang tidak ada di internet maka kita bisa masukkan secara manual dengan program ini juga, sehingga tetap bisa tertulis di daftar pustaka.

Daftar Pustaka :

Purwoko. (2017). Menggunakan Zotero Untuk Mengelola Referensi. https://repository.ugm.ac.id/273909/1/menggunakan-zotero-untuk%20%282%29.pdf, diakses tanggal 2 September 2018.

Soeprijanto, H. (2016). Panduan Mengelola Daftar Referensi Menggunakan Zotero. http://lib.ugm.ac.id/data/panduan_zotero.pdf, diakses tanggal 2 September 2018.

Sunardi. (2015). Membuat Daftar Pustaka dengan mudah menggunakan Aplikasi Mendeley (gratis). https://www.kompasiana.com/sunardialbanyumasi/54f5fb95a33311f1768b489f/membuat-daftar-pustaka-dengan-mudah-menggunakan-aplikasi-mendeley-gratis, diakses tanggal 3 September 2018.

Note :

Untuk peserta matrikulasi Biologi FMIPA ULM Semester ganjil 2018/2019 jangan lupa berikan komentar, kemudian silakan klik tautan berikut ini untuk mengisi biodata dan diskusi mengenai materi Wawasan Biologi Lingkungan.

Statistik dan Biologi

Statistik dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti data yang berupa angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu masalah atau gejala. Bentuk penyajian data dalam statistik tidaklah tetap, namun beranekaragam bentuknya. Secara umum data statistik menggambarkan suatu problema kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel atau diagram. Nama tabel statistik selanjutnya akan tergantung dari masalah atau data yang dijelaskannya, misalnya tabel populasi ikan, statistik pertumbuhan penduduk, statistik produksi tempe, statistik penurunan hasil tangkapan ikan laut dan lain-lain.

Statistika merupakan cabang matematika terapan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data (fakta), penataan data, pengolahan dan analisis data, serta pembuatan kesimpulan dari data. Kesimpulan selanjutnya dijadikan rekomendasi sebagai dasar pembuatan keputusan. Oleh karena dasar berpijak dalam statistika adalah data / parameter atau fakta maka pendekatan berpikir yang paling banyak digunakan ialah pendekatan induktif (Suhandoyo, 2014).

Ilmu statistika terapan yang biasanya digunakan dalam ilmu biologi adalah biostatistika atau biometri. Biostatistika digunakan dalam biologi untuk merancang percobaan biologi, mengoleksi data, mengumpulkan data, dan menganalisis data. Penggunaan biometri sering digunakan untuk memecahkan permasalah dalam biologi dengan menerapkan metode statistika. Dari penerapan metode statistika tersebut membuat semakin majunya ilmu biologi, cabang-cabang ilmu biologi dan ilmu terapan dari biologi sendiri. Sekarang banyak cabang-cabang dari ilmu biologi menggunakan statistika, seperti taksonomi yang dulu dipandang jauh dengan penerapan statistika namun sekarang statistika juga digunakan oleh ilmu taksonomi untuk mengembangkan penemuan-penemuan klasifikasi.

Dalam mendapatkan data pada penelitian biologi biasanya menggunakan metode-metode sebagai berikut:

  1. Metode Observasi. Metode observasi juga disebut dengan metode non-eksperimen. Dalam metode ini dilakukan adanya pengukuran oleh peneliti. Hasil yang didapat dari metode ini berupa deskripsi dari variabel yang diamati sehingga metode observasi juga disebut dengan metode deskriptif.
  2. Metode Survei. Metode survei berbeda dengan metode observasi, karena metode survei hasilnya berupa laporan yang didapat dari yang diteliti merupakan hal yang diinginkan oleh peneliti. Proses laporan dapat berupa tes, wawancara maupun angket. Sehingga metode ini sering disebut dengan metode eksperimen. Jadi metode survei hanya akan digunakan jika yang diteliti adalah manusia. Oleh karena itu bahan atau material penelitian tentang manusia dinamakan subjek penelitian.
  3. Metode Eksperimen atau Percobaan. Dalam metode eksperimen terjadi adanya manipulasi pada variabel bebasnya. Sehingga metode ini menggendalikan variabel bebasnya sesuai kehendak peneliti dan keperluan penelitian. Hal ini dilakukan agar terlihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel.

Dari metode observasi dan metode survei dapat dihasilkan berupa konsep perbandingan. Yang dibandingkan dalam hal ini adalah perbedaan nilai variabel tergayut akibat dari perbedaan nilai variabel bebas. Jika variabel bebasnya berupa variabel kuantitaif jadi disebut taraf atau level. Sedangkan variabel bebasnya berupa variabel kualitatif maka disebut dengan kategori.

Dari semua metode yang dilakukan tersebut di atas, maka akan didapatkan hasil pengamatan yang berupa data. Agar data tersebut dapat diinterpretasikan dan dipresentasikan maka harus dianilisis dan diolah oleh ilmu statistika. Namun jenis data yang dapat diolah oleh statistika berupa data kuantitatif.

Dalam mengolah data secara statistika maka peneliti memerlukan cara dengan: (1) Mencari hubungan antar satu variabel dengan variabel yang lain, (2) Mencari deskripsi suatu variabel, (3) Menentukan perbedaan respons yang diakibatkan dari perlakuan yang diberikan.

Peran statistika dalam alur pengambilan konsep biologi adalah untuk menghubungkan antara fakta dan konsep yang didapat. Sehingga statistika penting dalam penarikan konsep dengan menggunakan pendekatan induktif melalui penggunaan metode observasi atau survei atau dengan menggunakan pendekatan dedukto-verivikatif yang menggunakan metode eksperimen.

Untuk menganalisis data dengan menggunakan statistika, dapat dilakukan dengan menggunakan metode statistika deskriptif maupun statistika inferensial yang berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut. Statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan, melukiskan atau memerikan serta menganalisis keadaan suatu kelompok data tanpa diikuti oleh pembuktian hipotesis. Dalam statistika deskriptif hanya dibicarakan cara atau metode pengumpulan data, penyajian dan penyederhanaan data, sehingga informasi yang dikandung data yang bersangkutan menjadi mudah dipahami oleh masyarakat secara umum. Sedangkan Statistika inferensial
membicarakan tentang cara mengumpulkan data, menganalisis data dan selanjutnya membuat kesimpulan dari data tersebut. Termasuk dalam kawasan statistika inferensial adalah adanya pembuktian hipotesis, sehingga kesimpulan dapat disarikan.
Statistika inferensial masih dibagi menjadi dua yaitu statistika parametik atau statistika non-parametik. Jika seorang peneliti menggunakan statistika inferensiasi maka akan menggunakan persamaan matematika yang berlaku pada populasi yang diteliti. Dalam menggunakan statistika inferensial terdapat 2 kemungkinan, yaitu saat melakukan analisis data dan peneliti belum menemukan persamaan matematika yang akan digunakan. Maka peneliti tersebut justru bertujuan untuk menemukan persamaan matematika yang belum ada tersebut. Sehingga setelah peneliti menemukan persamaan matematika yang diperlukan maka akan diperoleh konsep biologi yang dicari.

Untuk menginterpretasikan model matematika yang diperolah ke dalam konsep biologi yang dicari tadi, maka memerlukan tahapan pertama dengan menemukan model yang sesuai, kemudian mencari data secara biologi yang nyata lalu dilanjutkan dengan merumuskan model. Setelah model tersebut sudah dirumuskan, lalu metode tersebut diuji agar dapat mengetahui tepat atau tidaknya metode tersebut digunakan. Lalu model yang tepat diinterpretasikan yang hasilnya nanti berupa konsep biologi. Jika sudah tersedia model matematika untuk mengolah data. Jadi peneliti hanya butuh data, kemudian dianalisis dan setelah mendapatkan akhirnya lalu diinterpretasikan. Namun permasalahannya, peneliti harus menetukan model matematika mana yang sesuai dengan yang dimaksud. Sehingga diperlukan rencana yang matang dalam menjalankan penelitian.

Metode statistika parametik merupakan metode yang memerlukan data yang kuantitatif dengan menggunakan data interval atau rasio. Rasio merepakan nilai yang dapat dibedakan, diurutkan, dan mempunyai jarak tertentu sehingga bisa dibandingkan. Biasanya statistik parametik dapat mengetahui suatu penyebaran normal atau tidak. Sedangkan statistika non-parametik merupakn metode yang memerlukan data dengan data ordinal dan nominal. Data ordinal adalah hasil pengukuran yang didapat dengan menggunakan skala ordinal. Data nominal adalah pengukuran yang menggunakan skala nominal. Statistika ini tidak mementingkan penyebaran parameter suatu populasi.

Kesimpulan :

  1. Statistika membantu dan berperan besar di dalam pengumpulan datadata atau fakta, pembuatan rumusan hipotesis-hipotesis, penyusunan rencana pembuktian hipotesis, pelaksanaan pembuktian hipotesis, analisis dan penyajian data serta interpretasi hasil.
  2. Mengingat demikian besarnya peranan statistika dalam proses penelitian, maka pemahaman tentang penerapan statistika sangat dibutuhkan.

Pustaka :

Hapsari, D.P. 2012. MAKALAH PENERAPAN STATISTIKA DALAM BIOLOGI. JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA. http://dianaph.blogspot.com/2012/03/tugasku-peranan-statistika-dalam.html.

Suhandoyo. 2014. Biometri UNTUK PENELITIAN BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

Note :

Untuk peserta matrikulasi Biologi (Statistika) FMIPA ULM Semester ganjil 2018/2019 silakan klik tautan berikut ini untuk mengisi biodata dan diskusi mengenai materi Matrikulasi Biologi