Herbivori serangga merupakan fungsi pengatur penting dalam ekologi ekosistem hutan, khususnya di daerah tropis (Burrows, 2003). Serangga dan herbivora lain penghuni beberapa bagian pohon berperan dalam meningkatkan laju daur nutrien sistem hutan. Dengan bantuan hujan, materi padat seperti kotoran serangga, bagian daun yang dijatuhkan herbivora, dan guguran daun muda semakin cepat menuju lantai hutan. Meledaknya jumlah serangga herbivora pada masa tertentu, secara signifikan meningkatkan kadar nitrogen pada skala ekosistem (Reynolds dan Hunter, 2004).
Pengukuran herbivori dilakukan secara langsung (discrete sampling). Untuk keseragaman data, pengukuran dilakukan pada saat air sedang surut (Saifullah dan Ali, 2004). Parameter yang diamati adalah pola serangan herbivori, serta tingkat kerusakan daun atau jumlah daun yang dikonsumsi oleh herbivora. Metode pengukuran menggunakan modifikasi dari metode Rinker dan Lowman (2004) seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Pengukuran herbivori pada tegakan mangrove Rhizophora sp. menggunakan metode Rinker dan Lowman (2004).
Dari masing-masing umur tegakan Rhizophora sp., dipilih tiga plot secara acak. Dari setiap plot ditentukan tiga pohon sebagai ulangan, kemudian pada masing-masing pohon dipilih tiga cabang pohon yang membentuk kanopi (naungan). Selanjutnya dari setiap cabang pohon diambil sampel daun sebanyak 10 lembar, yakni 5 lembar pada ujung dan 5 lembar pada pangkalnya. Menurut metodologi Burrows (2003), daun pada posisi ketiga kebawah diambil dari ujung ranting, sedangkan pada bagian pangkal diambil daun paling pangkal menuju ke atas. Daun yang sudah menguning tua diupayakan tidak diambil, karena sudah mengalami pembusukan jaringan (Lowman, 1983). Daun yang diambil dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label penanda. Selanjutnya sampel disimpan di dalam lemari pendingin sampai dilakukan pengukuran luas area daun (Lowman, 1983).
Pengukuran luas area daun yang dikonsumsi oleh herbivora dilakukan menggunakan kertas grafik. Luas area daun yang dikonsumsi oleh serangga diukur dengan cara menandai dan menempatkan daun yang berlubang pada selembar kertas. Ketika ditemukan terdapat bagian daun yang hilang, maka dibuat gambaran perkiraan daun yang sebenarnya. Perkiraan luas daun yang hilang dibandingkan luas daun sebenarnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perbandingan persentase area daun yang dikonsumsi oleh serangga (titik arsir) dengan perkiraan luas daun sebenarnya (Burrows, 2003)
Adapun luas area daun yang hilang dapat dihitung berdasarkan nilai konversi berat kertas grafik dengan berat daun. Kertas grafik ditimbang untuk memperoleh nilai berat (gram) pada setiap satuan luas 1 mm2. Sampel daun dari setiap lokasi pengukuran ditimbang agar diketahui beratnya, kemudian dikonversikan menjadi luas dengan berat kertas grafik sebagai acuannya.
Perbandingan persentase kerusakan daun akibat herbivori dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : 1 – 20%, 21 – 40%, 41 – 60% dan 61 – 80%. Jika ditemukan kelompok daun yang kerusakannya > 81% maka nilainya tidak dihitung atau diabaikan (Saifullah dan Ali, 2004). Perhitungan persentase kerusakan daun akibat herbivori diketahui melalui rumus luas area daun yang terkena dibagi dengan luas total daun sebenarnya, kemudian dikalikan 10 (Burrows, 2003), sedangkan persentase total kerusakan daun (% herbivori) dihitung dengan rumus (5) :

………………………………………………… (5)
Diketahui bahwa f adalah frekuensi daun yang terkena maupun yang tidak terkena herbivori, dan x adalah persentase luas area daun yang dikonsumsi (Saifullah dan Ali, 2004).
Pustaka :
Saifullah, S.M., dan M. S. Ali. (2004). Insect Herbivory in Polluted Mangroves of The Indus Delta. Pak. J. Bot., 36(1): 127 – 131.