Tumbuhan Sebagai Biondikator Lingkungan

Tumbuhan sebagaimana kita kenal memiliki fenotipe (tampilan) yang merupakan gabungan dari sifat bawaan (pencerminan yang ada di dalam tumbuhan itu=hereditas), dan juga dipengaruhi lingkungan. Tumbuhan dapat hidup dengan baik di lingkungan yang menguntungkan. Kehadiran suatu tumbuhan pada lingkungan dapat berperan sebagai pengukur kondisi lingkungan tempat tumbuhnya atau penanda keunikan habitat atau disebut sebagai indikator biologi atau bioindikator atau fitoindikator.

Keanekaragaman dan kelimpahan merupakan indikator penting yang bisa digunakan untuk menilai seberapa penting kehadiran tumbuhan pada lingkungan tertentu dan ada kaitan yang sangat erat hubungan antara tumbuhan dengan habitatnya. Dalam prakteknya tumbuhan dapat digunakan untuk memperkirakan adanya kemungkinan penggunaan lahan untuk berbagai fungsi dan manfaat (sebagai sumber daya untuk hutan, padang rumput atau pertanian dan peternakan). Bahkan manfaat lainnya untuk indikator pencemaran lingkungan, kandungan beberapa jenis logam berat dapat diketahui melalui kehadiran tumbuhan tertentu di suatu areal yang dianggap tercemar.

Azas-azas tumbuhan indikator

Tumbuhan yang akan digunakan sebagai indikator mempunyai kekhususan struktur dan fungsinya, dengan demikian diperlukan adanya pedoman umum yang kemungkinan digunakan dalam penerapan identifikasi tumbuhan di lapangan. Pedoman umum itu antara lain :

1. Tumbuhan sebagai indikator kemungkinan bersifat steno atau eury.

2. Tumbuhan yang terdiri atas banyak spesies menjadi indikator lebih baik daripada terdiri dari sedikit spesies.

3. Sebelum mempercayai tumbuhan itu sebagai suatu indikator harus dibuktikan dulu di tempat-tempat lain.

4. Banyaknya hubungan antara spesies, populasi dan komunitas lebih sering memberikan petunjuk sebagai indikator yang dapat dipercaya daripada kehadiran spesies tunggal di suatu tempat.

Tipe-tipe indikator tumbuhan

Tipe yang berbeda dalam indikator tumbuhan mempunyai peranan yang berbeda dalam aspek tertentu antara lain :

1. Indikator tumbuhan untuk pertanian. Kebanyakan indikator tumbuhan menentukan apakah tanah cocok untuk pertanian atau tidak. Petumbuhan tanaman pertanian dapat berbeda di beberapa kondisi lingkungan yang berbeda dan jika tumbuh dengan baik di suatu tanah berarti tanah itu cocok untuk tanaman itu. Sebagai suatu contoh, rumput-rumput pendek menandakan bahwa tanah di situ keadaan airnya kurang. Adanya rumput yang tinggi dan rendah menandakan tanah tempat tumbuh rumput itu subur, dengan demikian juga cocok untuk pertanian. Dhawar dan Nanda (1949) di India mengemukakan beberapa indikator tumbuhan pada berbagai tipe tanah sebagai berikut :

Daftar 2. Hubungan antara indikator tumbuhan dan karakteristik tanah

Indikator tumbuhanKarakteristik tanah
Salvador aleoidesCa & Bo tinggi, baik untuk tanaman pertanian
Zizyphus nummulariaTanah baik untuk pertanian
Prosopis cinerariaTanah baik untuk pertanian dengan adanya pengairan
Peganum harmalaTanah kaya akan N dan garam-garam, baik untuk pertanian
Butea monospermaTanah alkalinitasnya tinggi
Capparia deciduaTanah alkalin

2. Indikator tumbuhan untuk overgrazing. ebanyakan tumbuhan yang menderita perlakuan karena adanya manusia/hewan yang kurang makan ini mengalami modifikasi sehingga vegetasinya berbentuk padang rumput. Sedangkan padang rumput sendiri kalau mengalami overgrazing akan mengalami kerusakan dan produksinya sebagai makanan ternak akan turun. Tumbuhan yang tahan tidak rusak tetapi seperti istirahat. Beberapa tumbuhan menunjukkan sifat yang karakteristik bahwa di situ terjadi overgrazing. Biasanya hal itu dicirikan dengan adanya beberapa gulma semusim atau gulma tahunan berumur pendek, antara lain seperti Polygonum, Chenopodium, Lepidium dan Verbena. Beberapa tumbuhan tidak menunjukkan atau sedikit menunjukkan adanya peristiwa itu, yaitu seperti : Opuntia, Grindelia, Vernonia.

3. Indikator tumbuhan untuk hutan. Beberapa tumbuhan menunjukkan tipe hutan yang karakteristik dan dapat tumbuh pada suatu areal yang tidak terganggu. Pada umumnya di sini tumbuhan yang ada menunjukkan bahwa sifat pertumbuhannya sesuai dengan kondisi hutan sehingga bila di situ dijadikan hutan kemungkinannya akan berhasil.

4. Indikator tumbuhan untuk humus. Beberapa tumbuhan dapat hidup pada humus yang tebal. Monotropa, Neottia dan jamur menunjukkan adanya humus di dalam tanah.

5. Indikator tumbuhan untuk kelembaban. Tumbuhan yang lebih suka hidup di daerah kering akan menunjukkan kandungan air tanah yang rendah di dalam tanah, antara lain seperti : Saccharum munja, Acacia, Calotropis, Agare, Opuntia dan Argemone. Sedangkan Citrullus dan Eucalypus tumbuh di tanah yang dalam. Tumbuhan hidrofit menunjukkan kandungan air tanah yang jenuh atau payau. Vegetasi Mangrove dan Polygonus menunjukkan tanah mengandung air yang beragam.

6. Indikator tumbuhan untuk tipe tanah. Beberapa tumbuhan seperti : Casuarina equisetifolia, Ipomoea, Citrullus, Cilliganum polygonoides, Lycium barbarum dan Panicum tumbuh di tanah pasir bergeluh. Imperata cylindrica tumbuh di tanah berlempung. Kapas suka tumbuh di tanah hitam.

7. Indikator tumbuhan untuk reaksi tanah. Rumex acetosa Rhododendron, Polytrichum dan Spagnum menunjukkan tanah kapur. Beberapa lumut menunjukkan tanah berkapur dan halofit menunjukkan tanah bergaram.

8. Indikator tumbuhan untuk mineral. Beberapa tumbuhan suka tumbuh di tanah-tanah dengan kandungan mineral yang khas, tumbuhan semacam ini disebut Metallocolus atau Metallophytes. Tumbuhan semacam itu seperti di bawah ini :

a. Vallozia candida menunjukkan adanya intan di Brasilia.

b. Equisetum speciosa, Thuja sp, tumbuh di tanah yang mengandung mineral emas.

c. Eriogonium ovalifolium tumbuh di tanah yang mengandung perak di USA.

d. Stelaria setacea tumbuh di tanah yang mengandung air raksa di Spanyol.

e. Astragalus sp., Neptunia amplexicalis, Stanleya pinnata, Onopsis condensator menunjukkan adanya Selanium.

f. Astragalus sp. tumbuh di tanah berkandungan uranium di USA.

g. Viscaria alpina di Norwegia, Gymnocolea acutiloba di Amerika, Gypsophila patrini di Rusia tumbuh di tanah yang kandungan Cu nya tinggi.

h. Viola calaminara, V. lutea di Eropa tumbuh di tanah yang mineral Zinc nya tinggi.

i. Salsola nitrata, Eurotia cerutoides tumbuh di tanah yang kandungan BO tinggi.

j. Silene cobalticola di Kongo dan Nyssa sylvatica di Amerika tumbuh di tanah dengan kandungan Cobalt tinggi.

k. Lychnis alpina di Swedia menunjukkan adanya Ni.

l. Allium, Arabis Oenothera, Atriplex tumbuh di tanah yang ber Sulfur.

m. Lycium, Juncus, Thalictrum tumbuh dengan adanya lithium (Li).

n. Damara orata, Dacrydium aledonicum di skotlandia tumbuh di tanah mengandung mineral Fe (Iron).

o. Flex aquifolium di Italia tumbuh dengan adanya Alumunium.

Kecuali hal-hal di atas kandungan mineral dalam jaringan tumbuhan dapat menggambarkan bagaimana daur biogeokimianya sehingga dapat juga menggambarkan status lingkungan tempat tumbuhnya. Lyon dan Brooks (1969) mendapatkan bahwa Olearia rani menjadi penilaian untuk molibdenium. Hal yang sama, perak didapati dengan jelas di bagian-bagian tertentu pada daun. Kandungan sulfat pada daun secara langsung berhubungan dengan konsentrasi SO2 udara. Farrar (1977) melihat bahwa kandungan sulfur pada pinus jarum berhubungan dengan konsentrasi SO2. Kandungan fluroride pada daun Sorghum vulgare menunjukkan bahwa udara yang tak terlalu jauh dari tanaman itu tercemar dengan fluoride, jaraknya kira-kira lebih dari 4 km.

9. Indikator tumbuhan untuk logam berat. Tanah yang mempunyai cadas berkandungan logam berat, khususnya Zn, Pb, Ni, Co, Cr, Cu, Mr, Mg, Cd, Se dan lain-lain. Diantaranya Mn, mg, Cd dan Se bersifat toksik untuk kebanyakan tumbuhan. Kontaminasi logam berat juga terjadi di daerah industri, baik yang berbentuk debu ataupun garam dalam perairan di daerah industri tersebut.

Kebanyakan tumbuhan sensitive terhadap logam berat. Membukanya stomata dipengaruhi, fotosintesis S turun, respirasi terganggu dan akhirnya pertumbuhan terhambat. Sebagian besar logam berat ini merupakan deposit di dinding sel-sel perakaran dan daun. Beberapa tumbuhan metalofit dapat digunakan sebagai indikator untuk suatu deposit dekat dengan permukaan tanah, sehingga cocok untuk ditanam di daerah pertambangan atau industri. Cardominopsis halleri, Silene vulagaris, Agrotis tenuis, Minuartia verna, Kichornia crassipes, Astragalus racemosus, Thlaspi alpestre merupakan tumbuhan metafolit logam berat.

10. Indikator tumbuhan untuk habitat saline. Beberapa tumbuhan tumbuh dan tahan dalam habitat dengan kandungan garam tinggi, yang kemudian disebut halofit. Tumbuhan itu biasa hidup di pantai yang mesofit atau hidrofit tak dapat hidup subur, karena dua yang disebut terakhir biarpun tahan genangan tetapi tidak tahan kadar garam yang tinggi di air ataupun tanah di situ. Kegaraman tanah antara lain oleh NaCl, CaSO4, NaCO3, KCl. Tumbuhan yang dapat tumbuh di habitat semacam itu antara lain : Chaenopodium album, Snaeda fructicosa, Haloxylon salicorneum, Salsola foestrida, Tamarix articulata, Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Acanthus ilicifllius. Ketahanan terhadap garam merupakan kemampuan tumbuhan untuk melawan adanya akibat yang disebabkan oleh garam sehingga kerusakannya tidak serius. Ketahanan itu tergantung pada spesies, tipe jaringan, vitalitas, nisban ion dan peningkatan konsentrasi ion. Tumbuhan yang dapat hidup dalam 4 – 8% NaCl, sedang yang tidak tahan akan mati bila NaCl 1 – 5%. Tumbuhan yang tahan antara lain : Betula papyrivera, Elaeagnus angustifolia, Fraxinus excelstra, Populus alba, P. canadensis, Rosa rugosa, Salix alba, Ulmus americana, Juniperus chinensis, Pinus nigra.

11. Indikator tumbuhan untuk pencemaran. Penggunaan vegetasi sebagai indikator biologi untuk pencemaran lingkungan sudah sejak lama, kira-kira sejak seratus tahun yang lalu di daerah pertambangan. Pengetahuan tentang ketahanan terhadap polutan terutama untuk vegetasi yang tumbuh di daerah industri atau di daerah padat penduduk. Pada umumnya tumbuhan lebih sensitive terhadap polutan daripada manusia. Tumbuhan yang sensitiv dapat merupakan indikator, sedangkan tumbuhan yang tahan dapat merupakan akumulator polutan di dalam tubuhnya, tanpa mengalami kerusakan. Jamur, fungi dan Lichenea sensitive terhadap SO2 dan halide.

Tumbuhan yang tumbuh di air akan terganggu oleh bahan kimia toksik dalam limbah (sianida, khlorine, hipoklorat, fenol, derivativ bensol dan campuran logam berat). Pengaruh polutan terhadap tumbuhan dapat berbeda tergantung pada macam polutan, konsentrasinya dan lamanya polutan itu berada. Pada konsentrasi tinggi tumbuhan akan menderita kerusakan akut dengan menampakkan gejala seperti khlorosis, perubahan warna, nekrosis dan kematian seluruh bagian tumbuhan. Di samping perubahan morfologi juga akan terjadi perubahan kimia, biokimia, fisiologi dan struktur.

Catatan. Selain sebagai bioindikator pencemaran lingkungan, tumbuhan juga dapat digunakan sebagai indikator alami. Indikator alami adalah jenis indikator yang berasal dari alam. Indikator alami yang dapat digunakan untuk menentukan sifat asam, basa, dan garam suatu zat antara lain kulit manggis, bunga sepatu, dan kubis ungu. Untuk menjadikan indikator alami, maka kulit manggis, bunga sepatu, dan kubis ungu terlebih dahulu dibuat ekstrak dengan cara menghaluskannya dan menambahkan air. Ekstrak kulit manggis pada keadaan netral berwarna ungu. Jika ekstrak kulit manggis, ditetesi larutan asam, maka warna ungu akan berubah menjadi cokelat kemerahan dan jika ditetesi larutan basa akan berubah menjadi biru kehitaman.

Pustaka

https://smk3ae.wordpress.com/2008/06/02/indikator-tumbuhan/

https://brainly.co.id/tugas/17810887#readmore

Iklan

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.