Arsip Bulanan: Januari 2021

Cara Jitu Menganalisis Data

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan semua informasi mudah diperoleh dan lebih dinamis perkembangannya. Pengumpulan atau penambangan data yang begitu banyak tentu menyulitkan kita menganalisis karena banyaknya metode analisis, teknik hingga alat yang digunakan untuk mendapatkan data. Metode analisis data memang beragam namun penggunaannya tidak bisa sembarangan karena analisis data harus sesuai dengan tipe data yang dikumpulkan.  Kita dapat menyederhanakan tipe data menjadi dua jenis yaitu : 1) data kuantitatif dan 2) data kualitatif. Data kuantitatif biasanya berhubungan dengan angka atau atau jumlah atau kuantitas, sedangkan Data Kualitatif bersifat lebih subyektif (berupa nilai bukan angka) karena sumerbnya dari informasi survei atau wawancara (Purbowati, 2020). Berikut ini adalah jenis data dan teknik analisis yang dapat digunakan mengolah data yang dikumpulkan Purbowati (2020) dan Annisa (2021) yakni :

I. Data kuantitatif

Metode analisis data kuantitatif akan bergantung pada kemampuan peneliti agar dapat menghitung secara akurat. Tidak hanya itu, metode ini juga memerlukan kemampuan peneliti untuk bisa menginterpretasikan data yang sulit.  Ada beberapa metode analisis yang dapat digunakan untuk mengolah jenis data kuantitatif ini :

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat penampilan data masa lalu sehingga dapat mengambil kesimpulan dari hal tersebut. Metode ini mengedepankan penjelasan secara rinci sehingga memungkinkan pembaca belajar dari hal yang telah berlalu. Biasanya, metode analisis jenis ini diaplikasikan pada data dengan volume yang sangat besar seperti data sensus.  Analisis deskriptif memiliki dua proses yang berbeda yakni : 1) berupa deskripsi dan 2) interpretasi (penafsiran data) berdasarkan data statistik.

2. Analisis regresi

Metode regresi adalah cara yang tepat untuk digunakan dalam membuat data prediksi (perkiraan) kemungkinan tren yang akan terjadi di masa depan. Metode ini dapat mengukur hubungan antara variabel dependen yang ingin diukur dengan variabel independen (tidak bergantung).  Meskipun cara ini membatasi hanya satu variabel dependen yang dianalisis, tetapi dapat dikaitkan dengan variabel independen yang tidak terbatas. Metode ini baik dalam membantu peneliti untuk melihat hal-hal penting agar dapat dioptimasi berdasarkan tren dan hubungan antar data faktor yang saling berhubungan.

3. Analisis faktor 

Analisis faktor merupakan teknik analisis yang berdasarkan dari data analisis regresi. Metode ini digunakan untuk menemukan struktur pokok dari kumpulan variabel-variabel. Metode ini berjalan dengan mencari faktor independen dari variabel yang dapat mendeskripsikan pola dan metode dari variabel dependen orisinil. Analisis faktor menjadi metode yang cukup ppuler untuk mengola topik kompleks seperti skala psikologis dan status sosio-ekonomi.

II. Data kualitatif

Data kualitatif memerlukan pendekatan dari data yang sifatnya lebih subyektif. Namun, kamu tetap dapat melakukan ekstraksi data berguna dengan teknik analisis data yang berbeda-beda tergantung kebutuhan.  Beberapa metode analisis yang dapat memenuhi kebutuhan data kualitatifmu adalah sebagai berikut. 

1. Analisis konten 

Metode ini membantu untuk memahami keseluruhan tema yang ada di dalam data kualitatif yang kamu miliki. Metode ini menggunakan teknik seperti penggunaan kode warna tema dan ide tertentu untuk membantu mengurai data tekstual yang ada agar dapat menemukan rangkaian data yang paling umum.

2. Analisis naratif 

Jenis analisis satu ini berfokus pada cara bagaimana sebuah cerita dan ide dikomunikasikan ke seluruh bagian terkait. Metode ini juga membantumu untuk dapat lebih memahami kultur dari sebuah organisasi. Analisis jenis ini dapat digunakan untuk menginterpretassi bagaimana perasaan karyawan terhadap pekerjaannya, bagaimana pelanggan menilai perusahaan kamu, dan bagaimana proses operasional dikerjakan. Metode ini sanat berguna dalam mengembangkan kultur perusahaan ataupun membantu merencanakan strategi pemasaran

3. Analisis wacana

Macam-macam metode analisis data selanjutnya yakni analisis wacana. Sama seperti analisis naratif, analisis wacana juga digunakan untuk menganalisis interaksi dengan orang-orang. Tapi, analisis ini berfokus pada konteks sosial dimana terjadi komunikasi antara peneliti dan responden terjadi. Nantinya analisis wacana juga akan melihat bagaimana lingkungan responden sehari-hari dan menggunakan informasi itu selama analisis terjadi. 

Daftar Pustaka

Annisa, T. (2021). 6 macam metode analisis data yang perlu diketahui. 11 January 2021. https://www.ekrut.com/media/macam-macam-metode-analisis-data

Purbowati, D. (2020). Teknik Analisa Data: Apa, Bagaimana, dan Ragam Jenisnya. Metode penelitian dapat dipelajari sejak sekarang, sebelum kuliah. 30 November 2020. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/teknik-analisa-data-apa-bagaimana-dan-ragam-jenisnya

Iklan

Cara Instal Google Earth Pro

Google Earth adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh perusahaan Google, memungkinkan visualisasi Bumi dengan kumpulan foto udara atau satelit. Sebelumnya diproduksi oleh Keyhole inc., Kemudian akses berbayar, perangkat lunak ini memungkinkan pengguna untuk terbang di atas Bumi dan memperbesar lokasi pilihan mereka. Bergantung pada kawasan geografis, informasi yang tersedia kurang lebih tepat. Dengan demikian, penduduk kota metropolitan dapat menemukan restoran favoritnya, memperoleh tampilan 3D bangunan di kota tersebut, sedangkan resolusi foto bagian Bumi yang bagus sangat rendah.

Pemodelan tiga dimensi konstruksi, yang awalnya dilakukan menggunakan perangkat lunak SketchUp, sekarang dibuat secara otomatis menggunakan algoritme menggunakan sebagian bidikan Street View dan data ketinggian. Pada Oktober 2011, Google mengumumkan bahwa Google Earth telah diunduh dan dipasang lebih dari satu miliar kali di seluruh planet. Hal ini menjadikannya Sistem Informasi Geografis (SIG) yang paling banyak digunakan dalam sejarah.

Link to download from Google website:
Google Earth Pro v7.3.2

Free Google Earth Tutorial Click here

Pustaka

https://www.geospatialteam.com/2020/04/google-earth-pro-2020.html?m=1

Konsep dan Prinsip Ekologi

  • What is ecology?

Ekologi dipelajari sebagai hierarki sistem biologis dalam interaksi dengan lingkungannya. Ekologi pada dasar hierarki adalah organisme. Faktor-faktor lingkungan dapat memengaruhi kehidupan organisme misalnya variasi keberadaan makanan di lingkungan atau interaksi antar spesies. Interaksi ekologi terjadi di antara skala hierarki yang beragam. Untuk memahami mengapa hewan didistribusikan sebagaimana adanya, ahli ekologi harus memeriksa berbagai fisiologis dan mekanisme perilaku yang digunakan hewan bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang biak. Keseimbangan fisiologis yang hampir sempurna antara produksi dan kehilangan panas dibutuhkan untuk sukses pada spesies endotermik tertentu (seperti burung dan mamalia) di bawah suhu ekstrim seperti yang ditemukan di Kutub Utara atau gurun. Spesies lain berhasil dalam situasi ini dengan melarikan diri kondisi paling ekstrim dengan migrasi, hibernasi, atau mati suri. Akar ekologi merupakan dasar ketertarikan manusia dalam mengobservasi makhluk lain. Namun demikian ekologi modern melibatkan lebih dari sekedar observasi,ini adalah eksperimen sains ketat dengan membutuhkan pengetahuan biologi yang cukup luas. Ahli ekologi merumuskan hipotesis, memanipulasi variabel lingkungan, dan mengobservasi hasilnya. Interaksi ekologi yang terdiri dalam suatu kawasan tertentu secara umum diklasifikan ke dalam empat tingkatan. (Hickman et al., 2002).

  • Ketika kita berbicara tentang populasi manusia di Kalimantan Selatan, apakah hewan lain yang hidup di dalamnya juga termasuk populasi ? Apakah tumbuhan juga termasuk populasi ?

            Populasi adalah kumpulan individu dengan spesies yang sama, tinggal pada tempat dan waktu tertentu serta dapat menghasilkan keturunan satu sama lain (Winata,1998). Jadi hewan tidak termasuk dalam populasi manusia di Kalimantan Selatan karena hewan berbeda spesies dengan manusia namun hewan termasuk ke dalam spesiesnya tersendiri yaitu kumpulan spesies hewan sejenis yang kemudian akan membentuk populasinya masing-masing dalam waktu dan daerah yang sama.

  • What makes up an ecosystem? Are we part of an ecosystem?

                Komponen-komponen pembentuk ekosistem yaitu faktor abiotic, produsen, konsumen,detritivor, dan decomposer. Di antara komponen-komponen tersebut terjadi interaksi dengan saling membutuhkan dan saling memberikan sumber penghidupan. Faktor abiotik yang menyokong kehidupan tumbuhan sebagai produsen dan tumbuhan sebagai biotik menjadi penyokong bagi organisme lainnya seperti hewan dan manusia sebagai konsumen dan detritivor kemudian decomposer meliputi bakteri dan jamur mengembalikan unsur-unsur pembentuk makhluk hidup ke alam menjadi faktor-faktor abiotik yang terjadi secara berulang menjadi daur ulang materi dan aliran energi di alam secara seimbang. Sumber energy untuk kehidupan di bumi adalah matahari kemudian diikat dan digunakan oleh tumbuhan untuk sintesis zat-zat anorganik sederhana menjadi zat-zat energi. Kandungan energi dari tumbuhan dipindahkan ke hewan atau manusia melalui proses rantai makanan yang akhirnya materi dan energi kembali beredar ke alam melalui proses pembusukan/perombakan yang dilakukan oleh dekomposer. Adanya ketergantungan antara faktor biotik dan abiotik dan hubungan komponen di dalam biotik sendiri, menunjukkan kehidupan manusia bergantung pada kehidupan makhluk lainnya maupun kehidupan antar manusia sendiri. Pelajaran ini memberi petunjuk bahwa manusia tidak bisa menyombongkan diri atau tidak merasa perlu terhadap lainnya apalagi manusia sebagai insan sosial sehingga tidak sepantasnya manusia satu membunuh manusia lainnya. Manusia merupakan bagian dari alam yang menjaga ekosistem untuk kelangsungan hidupnya. Selama ini manusia beranggapan bukan bagian dari alam sehingga dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam (Utina & Bederan, 2009).

  • Bagaimana caranya menghubungkan setiap organisme melalui interaksi makan untuk membuat jaring makanan?

            Menghubungkan organisme melalui interaksi makan untuk membuat jaringan makanan adalah dengan cara menelusuri rantai makanan setiap individu  kemudian menghubungkannya menjadi jaring makanan setiap organisme heterotrof bergantung pada organisme lainnya untuk memperoleh makanan, dalam memperoleh makanan organisme-organisme tadi membentuk suatu pola bersambung yang di sebut rantai makanan. Rantai makann selalu di mulai dari organisme autotrof sebagai produsennya, kemudian hewan herbivora lalu di tingkat berikutnya hewan karnivora. Di alam terdapat banyak sekali rantai makanan sehingga terjadi interaksi antara rantai makanan 1 dan lainnya. Gabungan dari banyak rantai makanan ini membentuk interaksi yang di sebut jaring makanan (Woodward & Green, 2015)

  • Mengapa kita membutuhkan lebih banyak produsen (tumbuhan) dan lebih sedikit karnivora (hewan) dalam jaring makanan?

Salah satu komponen ekosistem, jenis-jenis satwa liar sebagai individu maupun kelompok mempunyai peran dalam menjaga keseimbangan proses di alam. Secara umum, beberapa jenis satwaliar merupakan konsumen pertama dalam piramida makanan, sedangkan beberapa jenis lainnya merupakan konsumen kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan demikian, kelangsungan kehidupan satwa akan tergantung satu sama lain; dan penurunan populasi salah satu diantaranya akan berdampak negatif terhadap kesinambungan jaring-jaring makanan dan menghambat kelancaran arus dan siklus energi. Satwa herbivora (pemakan tumbuhan) merupakan kontrol bagi perkembangan  tumbuhan, satwa karnivora (pemakan daging/pemangsa) merupakan pengendali perkembangan hewan mangsa. Demikian juga sebaliknya, kelimpahan tumbuhan dapat mengontrol perkembangan hewan herbivora, dan hewan-hewan mangsa dapat mengontrol perkembangan pemangsa.Saling kontrol inilah yang membuat dinamika populasi dalam suatu komunitas berlangsung secara alami, sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga (Mangunjaya et al., 2017).

  • Bagaimana agar ekosistem tetap seimbang sehingga mendukung semua organisme yang hidup di sana?

            Hal utama ekosistem adalah kesaling-tergantungan. Tidak ada satu komponenpun  yang dapat berdiri sendiri tanpa dipengaruhi dan mempengaruhi komponen  lainnya. Jika satu komponen berubah, maka perubahannya akan membuat  komponen lain juga berubah; jika berubahnya ke arah tidak baik maka komponen lain pun akan berubah ke arah tak baik (Mangunjaya et al., 2017). Analisis mengenai dampak lingkungan adalah merupakan salah satu perangkat preemtif dan preventif pengelolaan lingkungan hidup (Farahwati, 2020).

  • Bencana alam dapat berdampak besar pada ekosistem. Apa yang bisa kita lakukan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga?

Bencana alam dikategorikan menjadi 3 grup spesifik, yaitu (Moe & Pathranarakul, 2006) :

  1. Hydro-meteorological disasters, bencana yang berhubungan dengan air dan meteorologi contohnya banjir, gelombang pasang, badai, kekeringan, serta tanah dan salju longsor.
  2. Geophysical disasters atau bencana geofisik contohnya gempa bumi, tsunami, dan erupsi vulkanik.
  3. Biological disasters, atau bencana biologis contohnya pandemi dan serangan hama serangga.

            Agar ekosistem tetap terjaga kita dapat melakukannya dengan cara mencegah kerusakan ekosistem laut dan darat seperti :

  1. Tidak membuang sampah sembarangan di sungai ataupun di saluran air, selain untuk menghindari pencemaran juga dapat mencegah banjir
  2. Melakukan reboisasi (penanaman hutan kembali) pada kawasan-kawasan yang hutannya telah gundul, dan merehabilitasi kembali hutan-hutan yang telah rusak.
  3. Pada bidang pertanian dapat dilakukan pengurangan penggunaan pestisida karena dapat mencemari lingkungan
  4. Melarang pembuangan limbah rumah tangga, sampah-sampah, dan benda-benda lainnya ke sungai maupun laut karena sungai dan laut bukan tempat pembuangan sampah.
  5. Tidak membuang limbah pabrik secara sembarangan
  6. Melakukan terasering. Terasering merupakan upaya untuk penanggulangan erosi tanah supaya tanah tidak terkikis dari akibat aliran air dan tidak menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor.
  • Jika suatu organisme beradaptasi dengan lingkungannya apa artinya? Organisme memiliki cara berbeda-beda untuk beradaptasi, bagaimana caranya?

            Setiap organisme akan beradaptasi dengan lingkungannya jika terjadi suatu perubahan terhadap lingkungannya yang mengakibatkan organisme tersebut melakukan adaptasi. Penjelasan ini didasarkan pada teori darwin (1809-1882) yang menyatakan bahwa makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang akan bertahan hidup atau bisa juga disebut dengan “Survival of the fittest” (Baharuddin & Idrus, 2020).

  • Why have some organisms become extinct?

            Selain faktor alam kepunahan dari organisme juga disebabkan oleh campur tangan manusia sepereti perusakan habitat dan pemanfaatan SDA berlebihan, selain itu kepunahan juga terjadi akibat perburuan dan perdagangan ilegal vegetasi dan hewan. Kepunahan organisme secara alami dapat diakibatkan oleh perubahan iklim yang ekstrem dan dapat juga disebabkan oleh epidemi penyakit, asteroid atau spesies invansif. Faktor tersebut dapat mengurami jumlah organisme dari suatu spesies yang mana jika terjadi penurunan jumlah organisme maka akan menuju ke kepunahan atau menjadi sulit ditemukan (Samedi, 2015).

  • Selama perjalanan sejarah bumi, banyak organisme telah punah, lalu apa yang berbeda dan mengkhawatirkan tentang penurunan jumlah badak dan gajah?

            Secara umum penyebab kepunahan spesies karena 2 hal yaitu kerusakan habitat akibat konfersi habitat alami dan pemanfaatan SDA dengan cara merusak. Yang kedua pemanfaatan spesies dengan perburuan dan perdagangan ilegal, serta pemasukan spesies bersifat infasif. Kepunahan organisme disebabkan oleh faktor alam, perubahan iklim yang ekstrem dan dapat juga disebabkan oleh epidemi penyakit, asteroid atau spesies invansif (Samedi, 2015).

  • How can we make a difference to conserve our own environments?

1.Konsep sikap kita harus dirubah menjadi lebih peduli lingkungan.

2.Pelestarian lingkungan hidup

3.Memelihara kebersihan lingkungan.

4.Pengetahuan tentang pentingnya pelestarian lingkungan harus diberikan agar perilaku positif dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan dapat didapatkan (Darmawan & Fadjarajani, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, H., & Idrus, I. K. 2020. Mutasi Genetik dan Teori Evolusi. Jakarta : Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus. 

Darmawan, D., & Fadjarajani, S. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Pelestarian Lingkungan Dengan Perilaku Wisatawan Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan (Studi Di Kawasan Objek Wisata Alam Gunung Galunggung Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya), Jurnal Geografi, 4(1).

Farahwati. (2020). Pembangunan Berkelanjutan menjadi Dasar Terintegrasi dalam Pembangunan Suatu Wilayah berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Legalitas, 5(1), 65-85.

Hickman, C. P., Roberts, L. S., & Larson, A. (2002). Animal Diversity. New York : The McGraw−Hill Companies.

Mangunjaya, F. M., Hayu, S. P., Imran, S. L. T., Ahmad, S. A., Chairul, S., Sunarto., Mifta, H., & Taufik, M. (2017). Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem.  Jakarta : Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup & Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia.

Moe, T. L., & Pathranarakul, P. (2006). An Integrated Approach to Natural Disaster Management. Disaster Prevention and Management: An International Journal, 15(3), 396-413.

Samedi. (2015). Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Rekomendasi Perbaikan Undang-Undang Konservasi. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 2(2).

Utina, R., & Baderan, D. W. K. (2009). Ekologi dan lingkungan hidup. Gorontalo.

Winata, L. (1998). Budidaya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya.

Woodward, J, & J. Green. (2015) . Ekologi. Bandung : PT. Pakar Raya.

Catatan : Tulisan ini merupakan Ringkasan Materi 11 Pertemuan 1-10 Ekologi Dasar, ditulis oleh : Camalia Maisya – 1911013220016, Madyan Akmal Hidayat – 1911013110003, Yhoe Alfianda – 1911013210021, dan Zahratul Munawarah – 1911013120001

Menyikapi Banjir : Bencana di Kalimantan Selatan

Kurang lebih selama satu minggu terakhir ini (13 sampai 21 Januari 2021) banjir bandang menerjang Kalimantan Selatan (Kalsel) dan telah menewaskan lima orang serta membuat 112.709 orang lainnya mengungsi karena kehilangan tempat tinggal. Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) seperti tampak pada Gambar 1 di bawah ini melaporkan sebanyak 7 Kabupaten/Kota terdampak banjir. Beberapa daerah yang terkena antara lain : Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong (CNN Indonesia, 2021).

Gambar 1. Infografis kejadian banjir di Kalimantan Selatan (Januari 2021) https://apahabar.com/2021/01/mengupas-problem-banjir-kalsel-ratusan-eks-lubang-tambang-di-das-barito-terendus/
  1. Kabupaten Banjar. Kabupaten ini merupakan wilayah yang paling terkena dampak akibat bencana banjir ini, yakni dalam jumlah yang paling besar. Selain itu, Kota Tanah Laut juga terdampak besar, yakni dengan jumlah 27.024 terdampak dan mengungsi serta 8.249 rumah terendam. Besarnya dampak yang terjadi menimbulkan pertanyaan apa penyebabnya. Salah satu potensinya adalah terjadi degradasi lingkungan, mulai dari lubang tambang yang tidak ada perbaikan hingga pembukaan lahan sawit yang kebablasan (Sandi, 2021).
  2. Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Mengapa Belanda waktu itu tidak melakukan penambangan batu bara di wilayah Hulu Sungai khususnya Barabai ? Hari ini, 92 tahun yang lalu,tepatnya pada hari Jum’at tanggal 13 Januari 1928, kala itu kabupaten Hulu Sungai Tengah masih bernama “DE ONDERAFDEELING BARABAI”, banjir besar pernah menenggelamkan hampir seluruh daratan kota Barabai. Menurut G. L. TICHELMAN yang menjabat sebagai controleur (bupati) saat itu, banjir tersebut sempat melumpuhkan kota Barabai selama 30 jam dan ketinggian air di alun -alun kota mencapai kurang lebih 45 cm. Sementara debit air sungai Barabai yang berada di Pagat mencapai titik tertinggi, yakni 190 meter kubik perdetik. Masih menurut G. L. TICHELMAN, 7 minggu sebelumnya, pada hari Jum’at tanggal 2 Desember 1927, Birayang juga tidak luput dari terjangan banjir, menyusul hujan lebat hampir seharian di daerah hulu. Hal ini menyebabkan sungai Batang Alai meluap secara tiba – tiba. Derasnya air yang bercampur dengan material hutan (RABA menurut bahasa lokal) menghantam tiang besi jembatan Birayang hingga mengakibatkan jembatan yang panjangnya 46 meter tersebut runtuh (Sandi, 2021).

Bencana banjir itu tak lepas dari kerusakan lingkungan dan alih fungsi kawasan hutan dan tambang batubara pun dituding menjadi salah satu penyebab utamanya. Merujuk catatan Kontan.co.id, Kalimantan Selatan merupakan provinsi utama yang menyumbang produksi batubara. Dari rencana produksi pada tahun 2020, misalnya, produksi batubara dari Kalimantan Selatan direncanakan sebanyak 64,83 juta ton. Angka itu setara dengan 31% dari target produksi nasional pada 2020, dan menempati urutan kedua. Hanya kalah dari Kalimantan Timur dengan rencana produksi 82,2 juta ton (Mulyana, 2021). Jaringan advokasi tambang menyebut bahwa industri ekstraktif menguasai hampir seluruh luas total wilayah Kalsel (Sari,2021), sehingga mengalami krisis. Lubang dan konsesi tambang terbesar berada di Hulu sungai Balangan yang semuanya bermuara ke sungai Barito di das Balangan Tabalong terbesar dan paling banyak titik banjir 9 titik banjir di sungai Tabalong berada di sekitar konsesi PT Adaro koperasi rakyat dan di lingkungan dikorbankan (Sari, 2021). Lihat Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Krisis ekologi di Kalimantan Selatan, lebih dari separuh lahan dikuasai industri ekstraktif seperti pertambangan dan perkebunan di Daerah aliran sungai (https://apahabar.com/2021/01/mengupas-problem-banjir-kalsel-ratusan-eks-lubang-tambang-di-das-barito-terendus/)

Namun tudingan itu ditampik oleh Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesia Mining Association (IMA), seperti disampaikan oleh Pelaksana Harian Direktur Eksekutif IMA Djoko Widajatno bahwa anggota IMA yang menambang di Kalsel (17 perusahaan pemegang PKP2B dan IUP) sudah menjalankan aturan dan kaidah pertambangan, termasuk reklamasi. Ironisnya pemegang izin usaha pertambangan di Kalsel ternyata mencapai 180 perusahaan, namun hanya 10% saja yang telah memenuhi kewajiban lingkungan termasuk kewajiban reklamasi, dan rehabilitasi penanaman di Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagaimana aturan dari Kementerian ESDM maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Perusahaan tambang pun  terus memperbaiki pengelolaan tambang sesuai dengan kaidah tambang yang baik (good mining practices), teknologi yang lebih ramah lingkungan, meningkatkan produktivitas, dan menghilangkan redundansi (Mulyana, 2021).

Dalam pada itu, senada dengan Jatam, WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) meminta pemerintah menghentikan pemberian izin tambang dan perkebunan sawit. Walhi meminta jadi pemerintah jangan hanya menyalahkan hujan, saja tetapi melalui mengaudit perusahaan-perusahaan tambang yang bermasalah dan meminta penegakan hukum bagi pelaku kejahatan lingkungan. Sementara Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kalsel, menyatakan bahwa Dinas sudah mengatur pertambangan yang ada di Kalsel dengan mencabut 623 IUP dan sambil menunggu peraturan dari pusat. Namun sambungnya, potensi banjir tidak hanya disebabkan oleh aktivitas pertambangan, karena masyarakat kita belum disiplin buang sampah di sungai (Sari, 2021)

Hmm ,. kalau seperti ini tanggungjawab siapa? Apakah kita perlu saling menyalahkan? Lalu usaha yang perlu dilakukan? Paling tidak ada dua usaha yang perlu dilakukan dalam menghadapi musibah yang menimpa manusia secara umum, dan banjir di Kalsel secara khusus, yaitu : berdoa dan menolong.

Berdoa. Urgensi (pentingnya) berdoa adalah doa akan meringankan musibah, menolaknya atau bahkan dapat menolak hal yang lebih besar daripada musibah itu sendiri. Doa juga merupakan ungkapan kesabaran atas musibah yang diterima, sehingga akan menjadi penghapus dosa dan mendapatkan pahala dari Allah Subhanahuwata`ala. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda : “Tidak ada yang menolak taqdir kecuali doa.” [Hadits Hasan: Sunan Ibnu Majah no. 87; Al-Mustadrak 1/493. Shahih Sunan Ibnu Majah no. 73; Shahih At-Targhib wa At-Tarhib 2/129]. Fatwa Lajnah Daimah no. 17885.

Gambar 1. Doa tatkala dirundung kesedihan (https://t.me/salafy_cirebon/275)

Menolong. Menolong warga yang terkena musibah (banjir) adalah kewajban setiap muslim untuk membantu meringankan beban mereka. Menolong dan memberikan bantuan juga sebagai bentuk pengamalan Hadits Nabi Shalallahu alaihi wa salam dalam Hadits Riwayat Al-Bukhari (no. 481, 2446, 6026) ; “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Dan dalam hadits Riwayat Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586, Nabi bersabda : “Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”.

Ayo bergerak, ulurkan bantuan kalian dan sumbangkan dengan niat lillahi ta`ala kemudian menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Pustaka

CNN Indonesia. (2021). Banjir Kalimantan Selatan: 5 Warga Tewas, 112 Ribu Mengungsi. Minggu, 17/01/2021 07:27 WIB. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210117071801-20-594710/banjir-kalimantan-selatan-5-warga-tewas-112-ribu-mengungsi.

Mulyana, R. N. (2021). Tambang batubara dituding sebabkan banjir di Kalsel, pelaku usaha buka suara. Rabu, 20 Januari 2021 18:00 WIB. https://amp.kontan.co.id/news/tambang-batubara-dituding-sebabkan-banjir-di-kalsel-pelaku-usaha-buka-suara

Sandi, F. (2021). Banjir Kalsel Akibat Lahan Sawit & Tambang? Ini Jawaban BNPB. 6 January 2021. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210116182316-4-216583/banjir-kalsel-akibat-lahan-sawit-tambang-ini-jawaban-bnpb.

Mulyana, R. N. (2021). Tambang batubara dituding sebabkan banjir di Kalsel, pelaku usaha buka suara. Rabu, 20 Januari 2021 18:00 WIB. https://amp.kontan.co.id/news/tambang-batubara-dituding-sebabkan-banjir-di-kalsel-pelaku-usaha-buka-suara

Sari, M. (2021). Mengupas problem Banjir di Kalsel : Ratusan eks lubang tambang di DAS Barito terendus. Rabu, 20 Januari 2021 18:44 WIB. https://apahabar.com/2021/01/mengupas-problem-banjir-kalsel-ratusan-eks-lubang-tambang-di-das-barito-terendus/

Kajian Prinsip Ekologi dan Aplikasinya dalam Pengelolaan Pandemi Covid-19

Sejak tahun 1980-an penyebaran penyakit menular meningkat lebih dari tiga kali lipat setiap dekadenya, misalnya: Ebola, HIV, flu babi dan flu burung, adalah penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia. Lebih dari 70% penyakit ini berasal dari hewan, dan sekitar 70% dari jumlah itu berasal dari hewan liar. Kondisi ini bukan berarti dibiarkan atau bahkan tidak diperkirakan sebelumnya, karena hasil pertemuan para ahli bakteriologi, virologi dan penyakit menular di markas besar World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 menghasilkan suatu peringatan besar untuk dunia. Disease X, begitu nama yang disematkan oleh WHO terkait prediksi munculnya penyakit yang datang dari patogen dan akan menyerang umat manusia dalam waktu yang singkat. Ternyata apa yang diprediksi oleh WHO menjadi kenyataan. Dua tahun kemudian virus SARS-CoV-2 akhirnya muncul dan kemudian menyebabkan penyakit menular sekaligus mematikan yang dikenal sebagai Covid 19 (Madjid, 2020).

Bukan berarti manusia tidak berandil apapun dalam pandemi ini, karena studi terbaru menyimpulkan bahwa manusia dan aktivitasnya adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap penyebaran virus ini karena telah merusak ekosistem sebagai habitat alamiah hewan serta keanekaragaman hayati. Merebaknya penyebaran virus Corona di Wuhan, Cina akhir Desember 2019 juga memunculkan teori konspirasi bahwa virus diciptakan di laboratorium di Cina. Tapi ini bertentangan dengan konsensus ilmiah yang bahwa mengatakan, virus SARS-VoV-2 adalah penyakit yang berasal dari hewan dan menular ke manusia yang kemungkinan besar berasal dari kelelawar, kemudian menyebar melalui hewan mamalia lainnya (Shield, 2020).

Peningkatan populasi penduduk dunia serta hubungan yang semakin mudah dan erat turut menyebarkan COVID-19 dengan cepat.  Deforestasi dan perusakan habitat adalah dua kegiatan utama yang semakin membuka hubungan manusia dengan hewan liar, disamping semakin banyak hewan yang didomestikasi (dipelihara) di kawasan permukiman. Perusakan ekosistem juga berdampak pada perkembangan dan penyebaran jenis virus yang semakin berkembang di alam liar. Kita lihat dalam beberapa abad terakhir, hutan tropis yang berkurang 50% berakibat sangat buruk pada ekosistem terutama pada rantai makanan. Tiap spesies mempunyai peran khusus dalam ekosistem, sehingga jika sebuah spesies mengambil tempat spesies lain. Kita bisa gambarkan contohnya jika hewan di bagian atas (seperti ular) punah, maka hewan di bagian bawahnya (seperti tikus) yang membawa lebih banyak patogen, akan mengambil posisi di bagian atas rantai makanan.  Maka jelas ini bisa berdampak besar dan merusak keseimbangan ekosistem, dan semakin banyak kehancuran termasuk meningkatnya risiko penyakit (Shield, 2020).

Kegiatan manusia membuka kawasan hutan yang dihuni hewan liar untuk menggembalakan ternak serta mengambil kekayaan alamnya, justru semakin meningkatkan resiko mudah tertular patogen (misal : virus) yang sebelumnya tidak pernah keluar dari kawasan itu, dan hanya singgah pada tubuh binatang yang ditempatinya (Shield, 2020). Para peneliti meyakini, penebangan hutan ilegal, – habitat asli satwa liar seperti kalong, membuat mereka terpaksa menyingkir keluar hutan. Selanjutnya mereka berinteraksi dengan hewan domestik dan ternak peliharaan manusia. Interaksi ini yang kemudian berperan sebagai jalur transmisi berpindahnya patogen dari hewan liar ke hewan domestik/ternak, yang pada tahap akhir sampai kepada pemilik ternak (manusia) dan  menyebar ke seluruh dunia (Madjid, 2020).

Di sisi lain, ekploitasi manusia untuk memuaskan hasratnya demi mendapatkan tubuh yang ideal dan sehat sudah tidak masuk akal lagi. Habitat hewan yang dirusak, populasi hewan yang dilindungi kian berkurang secara signifikan memaksa hewan untuk kontak langsung dan berinteraksi dengan manusia. Hal ini lagi-lagi menepis teori keberlanjutan, perkembangan industri yang melonjak tanpa memperhatikan aspek keseimbangan ekologi juga menyumbang dampak buruk bagi kehidupan manusia (Fauzy, 2020).

Situasi yang mengejutkan banyak orang ini (pandemik Covid-19), telah diperingatkan oleh Joachim Spangenberg, (Wakil Presiden Institut Riset Keberlanjutan Eropa), yang mengemukakan, bahwa dengan merusak ekosistem, manusia menciptakan kondisi yang menyebabkan virus hewan menyebar ke manusia (Shield, 2020). . Tentunya kita tidak boleh melupakan peringatan dari Allah Subhanahuwata`ala bahwasanya semua peristiwa bencana penyakit musibah yang menimpa manusia tidak lepas dari perbuatan manusia itu sendiri (serta takdir yang sudah ditulis 50.00 tahun sebelum diciptakannya manusia oleh Allah yan Maha Kuasa), sebagaimana dikatakan dalam Al Qur`an Surat Ar Ruum ayat 41 :

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)

dan Al Qur`an Surat At-Thagabun ayat 11 :

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” 

Pandemi Covid-19 dalam kajian ekologi dapat dikategorikan sebagai “outbreak” atau ledakan populasi yang muncul sebagai kejadian sebab-akibat yang disebabkan rusaknya keseimbangan komponen ekosistem sehingga mengubah komposisi rantai dan jaring makanan yang ada sebelumnya. Perubahan komposisi ekosistem (jenis, populasi, dan komunitas) secara langsung akan mengubah struktur dan fungsi ekosistem yang akhirnya menghilangkan berbagai layanan dan jasa yang dihasilkannya. Penekanan utama ekologi pada tingkat individu adalah kemampuan adaptasi masing-masing individu untuk menghadapi perubahan lingkungan, termasuk berubahnya keseimbangan rantai makanan. Tentunya contoh yang dibahas di sini adalah cara adaptasi individu terhadap pandemi Covid-19 yang dikenal dengan istilah autekologi. Autekologi merupakan kajian tentang individu / spesies yang menyangkut riwayat hidup dan kelakuannya (adaptasi dengan lingkungannya). Autekologi juga membahas sejarah hidup dan pola adaptasi individu / organisme terhadap lingkungannya.

Kajian ekologi selanjutnya juga membahas mengenai sekelompok organisme dalam satu spesies yang mendiami suatu tempat yang disebut sebagai populasi. Populasi memiliki ciri atau sifat khusus yang ada pada populasi / kelompok dan bukan merupakan ciri individu. Ciri-ciri tersebut antara lain : kerapatan, natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), penyebaran umur, potensi biotik, dispersi (penyebaran), dan pertumbuhan populasi. Bagaimana membahas populasi terkait pandemi Covid-19 ini? Jawabannya kita harus memahami dahulu karakter populasi. Bahwasanya karakter populasi itu terdiri dari karakter numerik dan karakter biologi populasi. Karakter numerik meliputi : densitas, natalitas, mortalitas, distribusi, migrasi, dan pertumbuhan, Sedangkan karakter biologi populasi meliputi : kemampuan adaptasi dan strategi perkembangan populasi berdasarkan karakter numeriknya.

Tingkat ekologi selanjutnya adalah sinekologi atau sering disebut sebagai ekologi komunitas, yaitu kajian ekologi yang mempelajari komunitas makhluk hidup sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi antara berbagai jenis makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya. Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat komunitas yang jelas dan mantap. Pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :1.Bentuk atau struktur utama seperti : jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya (seperti : hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae), dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan (seperti : hutan sklerofil). 2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, (seperti : komunitas hamparan lumpur, komunitas serangga hama, komunitas ikan, dan lain-lain).

Pustaka

PEMBAGIAN EKOLOGI
DEFINISI DAN PENGERTIAN EKOLOGI TUMBUHAN

Chapin III, F. S., Matson, P. A., & Mooney, H. A. (2002). Principles of Terrestrial Ecosystem Ecology. Springer-Verlag.

Fauzy, M. (2020). Virus Corona Memaksa Manusia “Melek” Ekologi. 23 Maret 2020. https://maupa.co/virus-corona-memaksa-manusia-melek-ekologi/

Madjid, I. (2020). Kerusakan Alam, Pandemi dan Sembilan Batas Ekologi Bumi. 24 July 2020. https://www.mongabay.co.id/2020/07/24/kerusakan-alam-pandemi-dan-sembilan-batas-ekologi-bumi/.

Shield, C. (2020). Pandemi Virus Corona Berkaitan dengan Perusakan Alam dan Ekosistem Dunia. 18 April 2020. https://www.dw.com/id/pandemi-virus-corona-berkaitan-dengan-perusakan-alam-dan-ekosistem-dunia/a-53173730.

Study of Molluscs Diversity as Ecosystem Engineer from Beach of Sungai Bakau Village, Tanah Laut, South Kalimantan

Anang Kadarsah*, Cinthia Agustina Eka Putri, Abdul Gafur
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat, Jl A
Yani Km 35.8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia
*Corresponding author: anangkadarsah@ulm.ac.id

Moluska adalah biota perekayasa yang berperan penting mengubah struktur dan fungsi ekosistem termasuk pesisir dan mangrove. Penelitian ini bertujuan mendata keragaman jenis moluska sebagai kelompok perekayasa pada kawasan pesisir di Desa Sungai Bakau, Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Metode purposive random sampling digunakan untuk mendapatkan data moluska pada tiga stasiun pengamatan (pantai berpasir, pantai berkarang, dan muara sungai) dan masing-masing menjadi 6 plot pengamatan. Hasil penelitian menunjukan ditemukan satu jenis bivalvia (Meretirix meretrix) dan gastropoda sebanyak 13 jenis (Nassarius Sp., Turricula javana, Cerithidea alata, Polygona angulate, Distorsio decipiens, Latirus pictus, Bursa granularis, Latirus sp., Littorina undulate, Naticarius hebraeus, Murex elenensis, Neverita didyma, dan Turritella terebra). Indeks keanekaragaman tertinggi (1,95) ditemukan pada stasiun 1 (pantai berpasir dengan titik surut terrendah). Indeks kemerataan sebesar 0,755 yang menandakan komunitasnya stabil. Indeks kesamaan antara stasiun 1-2 dan stasiun 1-3 sebesar 92,85% sedangkan pada stasiun 2-3 sebesar 85,71 %. Berdasarkan jenisnya, kepadatan gastropoda Cerithidea alata yang tertinggi mencapai 2.996.700 ind/Ha) dan paling sedikit Turritella terebra (20.000 ind/Ha). Parameter air antar stasiun pengamatan saling mendekati : pH ±7,6 – 7,7 suhu ±29,3 – 29,7 0C, serta salinitas ±34,9 – 35,4 ppt. Perbedaan antar stasiun penelitian terlihat dari kadar sedimen. Stasiun 1 (pantai berpasir dengan surut terrendah) memiliki kadar pasir tertinggi (96,2%). Stasiun 2 (pantai berkarang) terdiri dari pasir debu 64,7% dan liat 20,6%. Stasiun 3 (muara pantai dekat hutan mangrove dan titik surut tertinggi) memiliki kadar debu tertinggi mencapai 84,6%. Kesimpulan umum : Jenis dan kehadiran moluska (bivalvia dan gastropoda).yang ditemukan pada setiap stasiun penelitian nilainya berbeda-beda.

Kata Kunci : ekosistem, keragaman, mangrove, moluska, perekayasa

Silakan kunjungi : https://ijobb.esaunggul.ac.id/index.php/IJOBB/article/view/65