Arsip Bulanan: Mei 2021

Potensi Biodiversitas Tumbuhan Obat di Hutan Kalimantan Dalam Penanggulangan Efek Pandemi Covid-19

Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat berlimpah terutama tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat tradisional. Masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman obat tradisional sebagai bahan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Biaya pengobatan yang mahal membuat masyarakat beralih ke pengobatan secara tradisional. Potensi hasil hutan tidak hanya berupa kayu, tetapi juga bermanfaat lain seperti tumbuhan hutan berkhasiat obat untuk kesehatan. Tumbuhan obat merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu Indonesia yang bermanfaat dari segi ekologi, sosial-budaya, maupun ekonomi yang harus dikelola sepanjang pemanfaatannya dilakukan secara rasional dengan memperhatikan kebutuhan generasi masa kini dan masa datang (Zuhud, 1994).

Pengetahuan masyarakat lokal dalam memanfaatkan sumber daya tumbuhan akan sangat membantu menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan usaha domestikasi tanaman obat (Kandari et al., 2012). Dilihat dari potensinya, hutan tropis di Indonesia menyimpan banyak jenis tumbuhan obat yang berpotensi mengatasi penyebaran covid-19. Penelitian Fahrurozi, Priyanti, dan Astutik (2015) membuktikan bahwa di Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Bawat ditemukan 45 jenis yang termasuk ke dalam 40 marga dan 29 suku. Suku dengan anggota terbanyak yaitu 4 jenis ditemukan pada Urticaceae, sedangkan suku lainnya beranggotakan satu hingga tiga jenis. Anggota suku Urticaceae diyakini dapat digunakan dalam pengobatan demam, batuk, mata, organ vital wanita, dan anti kanker. Bagian tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat adalah daun (42%) dibandingkan akar, batang, bunga, dan buah. Tingkat keanekaragaman tumbuhan obat tergolong sedang (1≤H’≤3). Kekayaan jenis tumbuhan berperawakan herba tergolong tinggi (R’>5), pancang dan pohon tergolong sedang (R’=3,5─5), dan tiang berkategori rendah (R’<3,5).

Kalimantan merupakan bagian dari pulau Borneo yang berada di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan Kalimantan meliputi empat provinsi, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Kawasan ini memiliki luas 539.460 2 km (73% dari luas pulau Borneo). Berbagai penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Kalimantan, berhasil mengetahui bahwa kawasan ini memiliki potensi tumbuhan obat yang beragam. Potensi yang terdata saat ini belum menunjukkan potensi tumbuhan obat Kalimantan secara keseluruhan, tetapi dapat menggambarkan potensi tumbuhan obat pada berbagai kawasan hutan tertentu saja. Potensi tumbuhan obat ini tersebar pada berbagai kawasan hutan baik kawasan konservasi seperti taman nasional, kawasan hutan penelitian, hutan lindung dan kawasan hutan lainnya (Noorhidayah, 2006).

Di masyarakat pedalaman Kalimantan, kehidupan masih bergantung pada alam. Masyarakat hidup dengan melakukan aktivitas mengambil bahan pangan dari alam dan bergantung pada alam dengan berburu, bertani secara tradisional dan mencari ikan di sungai. Masyarakat di Kalimantan belum merasakan betapa sulitnya seperti mencari bahan pangan karena masih melimpah ketersediaannya di alam. Kehidupan yang dimanjakan oleh alam menyebabkan masyarakat tidak berusaha untuk mencari pangan dengan cara yang susah. Perlu dicari jalan keluar untuk mencari model pengelolaan dan perlindungan hutan khususnya hutan pendidikan dengan pemanfaatan produk HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) agar hutan tetap terjaga dan lestari (Adawiyah, Maimunah and Rosawanti, 2019).

Hutan kerangas merupakan tipe hutan yang dicirikan dengan tanah yang kaya pasir kuarsa, miskin zat hara,
memiliki pH rendah dan mudah mengering [10]. Kondisi fisik berpasir, kering dan gersang menyebabkan hutan
kerangas tidak produktif. Kegiatan pertanian tidak dapatdilakukan di lahan hutan kerangas. Ekosistem pada hutan
kerangas mudah rusak dan jika sudah terganggu sulit untuk dikembalikan lagi. Hutan kerangas merupakan suatu
komunitas tumbuhan spesifik yang tumbuh dan berkembang pada habitat tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah, merupakan kawasan dengan sumber keanekaragaman tumbuhan yang berpotensi untuk menghasilkan metabolit sekunder. Berikut ini adalah contoh jenis tumbuhan dari Hutan Kerangas yang dapat berfungsi sebagai obat Tradisional (Adawiyah, Maimunah and Rosawanti, 2019).

Banyaknya tanaman dan tumbuhan obat di sekitar kita, ataupun di hutan tentunya merupakan nikmat dari Allah Subhanahuwata`ala yang perlu kita syukuri dengan cara belajar untuk meningkatkan imunitas tubuh. Penggalian pengetahuan ini juga merupakan upaya yang berkelanjutan untuk pengembangan penelitian pencegahan dan penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Pemerintah RI telah menerapkan 10 kluster riset dan kegiatan penelitian biodiversitas. Salah satu kluster yang diprioritaskan adalah riset herbal Indonesia sebagai anti virus, melalui 1) eksplorasi, 2) konservasi dan 3) pemanfaatan bahan-bahan alami dalam bentuk herbal dengan konsep diekstrasi guna menghasilkan senyawa aktif sebagai immunomodulator Covid-19 (https://www.idu.ac.id/berita/webinar-prodi-biologi-fmipam-unhan-bahas-biodiversitas-tanaman-obat-untuk-meningkatkan-imunitas-tubuh-di-tengah-pandemi-covid-19.html)

Pustaka

Adawiyah, R., Maimunah, S. and Rosawanti, P. (2019) ‘Keanekaragaman Tumbuhan Potensi Obat Tradisional di Hutan Kerangas Pasir Putih KHDTK UM Palangkaraya’, Talenta Conference Series: Agricultural and Natural Resources (ANR), 2(1), pp. 71–79. doi: 10.32734/anr.v2i1.576.

Fahrurozi, Priyanti, dan Astutik (2015) . Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Pada Plot Cuplikan Di Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Indonesia. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah AL-KAUNIYAH; Journal of Biology, 8(2), 2015, 109-106.

Kandari, L.S., Phondani, P.C., Payal, K.C. Rao, K.S. & Maikhuri, R.K. (2012). Etnobotani Study toward Conservation of Medicinal and Aromatic Plant in Upper Catchments of Dhauli Ganga in the Central Himalaya. Jurnal of Mountain Science, 9, 286-296.

Noorhidayah, N. (2006) ‘Potensi Dan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Di Hutan Kalimantan Dan Upaya Konservasinya’, Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 3(2), pp. 95–107. doi: 10.20886/jakk.2006.3.2.95-107.

Zuhud, E.A.M. 2004. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat, dalam Zuhud E.A.M dan Haryanto, 1994, Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Lembaga Alam Tropika Indonesia.

Iklan