Arsip Bulanan: Juli 2021

Mengatasi Pandemi Covid-19 Dengan Doa dan Usaha

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyampaikan bahwa virus Covid-19 tidak bisa hilang dalam waktu singkat dan menjadi masalah di seluruh dunia. Oleh karena itu tatanan hidup normal yang baru perlu diterapkan oleh masyarakat adalah berkomitmen kuat untuk berdampingan dengan situasi seperti ini (pandemi Covid-19).

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mulai mengubah budaya dasar (kebiasaan buruk) yang sering kita lakukan menuju budaya dasar (kebiasaan baik) yang baru atau disebut menuju ke kehidupan normal yang baru. Kehidupan normal yang baru adalah kebiasaan-kebiasaan untuk hidup bersih dan sehat. Kebiasaan tersebut meliputi : 1) selalu cuci tangan pakai sabun dan air mengalir minimal 20 detik, 2) memakai masker jika harus ke luar rumah, 3) menghindari kerumunan, dan 4) menjaga jarak kontak secara fisik. Ini semua merupakan bagian dari kehidupan normal yang baru, dimana ini adalah satu-satunya cara mengendalikan Covid-19 ini dengan baik.

Namun kita perlu mengingat bahwa basis adanya perubahan kehidupan normal yang lebih baik ada pada diri kita sendiri, termasuk keluarga yang menjadi tempat berinteraksi paling nyaman saat ini. Oleh karena itu pemimpin keluarga (ayah) harus bisa memberikan teladan agar bisa menerapkan kehidupan normal yang baru. Demikian pula dengan istri sebagai wakil kepala keluarga harus bisa memberikan arahan yang tepat kepada anak-anaknya untuk menerapkan perilaku sehat dalam mewujudkan kehidupan normal baru beradaptasi dengan pandemi covid-19.

Tatanan kehidupan normal yang baru tidak berarti membatasi produktivitas setiap orang, akan tetapi lebih diharapkan untuk memperbaiki kualitas hidup yakni menerapkan akhlak yang baik dan mencegah kemunkaran. Membersihkan tangan, menghindari menyentuh mata dengan tangan kotor, menerapkan etika batuk yang benar, memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan termasuk contoh akhlak baik yang dianjurkan pemerintah kita dalam rangka menjaga kesehatan dan mencegah penularan virus corona diantara sesama muslim. Sedangkan meningkatkan ketekunan ibadah, bertauhid dan meninggalkan kesyirikan, menegakkan sholat lima waktu, melaksanakan puasa dan zakat serta berusaha untuk haji ke baitullah merupakan akhlak yang dituntut Islam dalam rangka memohon pertolongan kepada Allah Subhanahuwa`ala agar segera mengangkat wabah pandemi covid-19 dan menyelamatkan kaum muslimin dan manusia secara keseluruhan.

Tatanan hidup baru, bukan sarana untuk bermalas-malasan, justru dengan segala keterbatasan aktivitas, masyarakat tetap produktif menjalankan ibadah dan beramal sholeh tentunya dengan memperhatikan protokol kesehatan. Beberapa usaha mengendalikan Covid-19 di era normal yang baru ini tentunya harus dimulai dengan usaha dan kesadaran dari diri kita sendiri dahulu (dengan selalu memohon pertolongan dari Allah Subhanahuwata`ala semata), kemudian kita membuka diri untuk bekerjasama terutama dengan keluarga terdekat dan tetangga. Usaha-usaha yang bisa dilakukan antara lain : 1) membersihkan tangan, 2) menhindari menyentuh mata, 3) menerapkan etika batuk yang benar, 4) memakai masker, 5) menjaga jarak dan 6) menghindari kerumunan seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Bentuk usaha yang bisa dilakukan oleh sendiri dan keluarga untuk mencegah Covid-19

Sumber tulisan :

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/03/182900365/5-hal-sederhana-yang-dapat-dilakukan-untuk-cegah-penyebaran-virus-corona?page=all

https://republika.co.id/berita/q8gg9n414/lakukan-karantina-mandiri-jika-alami-gejala-ringan-covid-19

Strategi Pengelolaan Potensi Tumbuhan Api-api (Avicennia Sp.) dalam Restorasi Ekosistem Mangrove

Tidak disangsikan lagi bahwa pengelolaan sumber daya hayati memerlukan koordinasi dan strategi yang terpadu agar program restorasi ekosistem mangrove dapat dilakukan secara berkelanjutan (Rudianto, 2018). Terkait konflik kepentingan, maka partisipasi penduduk lokal yang baik adalah faktor terpenting untuk mengatasinya (Januarsa dan Luthfi, 2017). Penduduk lokal selain pengguna secara langsung, juga berkewajiban mengelola sumber daya dan fungsi ekologisnya pada wilayah restorasi dan konservasi (Rusdianti dan Sunito, 2012). Hal ini disebabkan mereka kaya pengalaman termasuk memiliki nilai kearifan lokal (Nugroho dkk., 2019) yang telah teruji bisa menjaga keberlanjutan kawasan tersebut (Eddy dkk., 2019).

Meskipun demikian strategi pengelolaan sumber daya hayati di suatu wilayah, tidaklah bijaksana jika hanya membahas aspek positif (kelebihan dan potensi) saja tanpa membahas potensi negatifnya (ancaman dan tantangan).
Seperti halnya yang terjadi pada ekosistem hutan mangrove di Desa Pagatan Besar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, yang menimbulkan dua pandangan yang sangat kontradiktif. Satu sisi menurut hasil penelitian Sarmila (2012) ekosistem hutan mangrove di Desa Pangatan Besar tadi sejak tahun 2000 mengalami penambahan luas daratan (akresi) kemudian membentuk kawasan baru dan dianggap memiliki potensi sumber daya hayati tinggi dengan hadirnya tumbuhan api-api (Avicennia sp.). Namun di sisi lain, kehadiran hutan mangrove tersebut dianggap menimbulkan rasa tidak aman oleh sebagian penduduk karena menjadi tempat persembunyian pelaku kejahatan. Ketidaksepahaman pendapat juga terjadi antara penduduk dengan pembakal (lurah) mengenai pandangan ke laut yang terhalang oleh hutan mangrove, serta ketidakjelasan status lahan oloran (Soendjoto dan Arifin, 1999).

Lalu bagaimana cara menggali informasi mengenai kearifan lokal dan merancang strategi pengelolaan potensi tumbuhan Api-api (Avicennia Sp.) dalam restorasi ekosistem mangrove? Selengkapnya silakan baca pada tautan berikut ini!

Kaidah Thibbun Nabawi di Masa Pandemi

Sebagaimana kita ketahui (ummat Islam khususnya) bahwa Pengobatan ala Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam merupakan media dakwah yang menggunakan pendekatan dakwah bil haal. Apa artiya? Dakwah bil haal adalah kegiatan yang mengutamakan action approach atau perbuatan nyata, yakni dakwah yang mengutamakan sikap, akhlak, kemampuan, kreativitas dan perilaku pendakwah (da’i) yang secara luas meliputi semua aspek kehidupan dengan mencontoh apa yang telah dikerjakan oleh para pendahulu dari kalangan yang shalih (Salafus Shalih).

Banyak sekali pengobatan yang dicontohkkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam diantaranya penggunaan metode bekam bisa menyembuhkan penyakit stroke.

Metode lain yang digunakan oleh Rasulullah adalah Ruqyah Syar’iyyah, misalnya membacakan Surah Al Baqarah untuk mengobati orang yang terkena sihir.

Namun secara umum, kaidah pengobatan Islam menurut para ulama salafus shalih ada 3 (tiga) macam :
1. Menjaga/memelihara kesehatan
2. Melindungi diri dari hal-hal yang membahayakan kesehatan
3. Mengeluarkan zat-zat yang bisa merusak kesehatan dari dalam tubuh

Pertanyaan : Bagaimana menerapkan ketiga kaidah tersebut terutama pada masa pandemi Covid-19 sekarang ini yang sudah berlangsung selama 2 tahun?

  1. Menjaga atau Memelihara kesehatan bisa dilakukan dengan cara membangun sistem imun tubuh yang prima. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan terkait dengan tujuan ini akan selalu berhubungan dengan aktivitas manusia sehari-hari baik usia muda maupun tua misalnya : 1) mengatur pola makan dan menu makanan yang bisa menguatkan sistem imun, 2) melakukan olahraga yang teratur, 3) istirahat yang cukup, 4) menenangkan hati dengan ibadah dan sering berdoa serta dzikir, dan sebagainya.
  2. Melindungi diri dari kemungkinan masuknya zat-zat berbahaya bagi tubuh seperti racun, limbah, bakteri dan virus. Ini berhubungan dengan kegiatan protokol kesehatan yang bisa dilakukan pada masa pandemi misalnya 1) memakai masker, 2) mencuci tangan dengan sabun, 3) menjaga jarak, 4) menahan bersin dengan lengan tangan, dan sebagainya.
  3. Mengeluarkan zat-zat yang berbahaya dari dalam tubuh, terutama saat tubuh kita ditakdirkan Allah (qodarullah) terpapar virus Corona. Kegiatan yang bisa dilakukan : misal : 1) Minum air putih hangat ditambah jeruk, 2) Berkumur-kumur dengan air garam, 3) Mengkonsumsi herbal pembuang dahak dan lembab, 4) Memperbanyak makan buah dan sayuran, 5) Menghindari gorengan, 6) Shaum (puasa) Senin-Kamis) dan sebagainya.

Semoga bermanfaat.

Sebagian tulisan ini diambil dari kitab Zaadul Ma’ad dalam Bab Kitab Thibbun Nabawi karya Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah Penerbit Daarul Atsar, Yogyakarta.

Sumber tulisan lainnya berasal dari Diskusi online WhatsApp grup Biomekanik oleh dr. Medi Irawan.