Arsip Bulanan: Januari 2022

Lima Inovasi untuk Bantu Mencegah Food Waste

Tahukah kamu bahwa kita membuang 1,3 miliar ton makanan setiap tahunnya? Jumlah tersebut cukup untuk memberi makan 3 miliar orang! Bayangkan, 3 miliar orang seharusnya dapat diberi makan dari makanan yang kita buang saja.

Sementara itu , diperkirakan ada sebanyak 925 juta orang yang hidup kelaparan. Mungkin tidak berlebihan apabila kita katakan bahwa, secara teori, jika kita tidak membuang makanan sama sekali, mungkin kita sudah bisa menghapus kelaparan di dunia.

Tetapi tidak usah jauh-jauh berpikir soal menghapus kelaparan di dunia. Sebagai gantinya, mari mulai mengurangi limbah makanan dari gaya hidup dan rumah kita masing-masing (Baca juga soal perbedaan food loss dan food waste)

Contoh gambaran makanan sehari-hari yang tidak dihabiskan dan bisa berakibat pada masalah yang lebih besar soal limbah makanan. Bagi orang-orang yang memiliki akses terhadap makanan yang melimpah dan tidak perlu pusing memikirkan harus makan apa esok hari, persoalan limbah makanan mungkin terlihat remeh. Akan tetapi, ada yang salah dengan cara kita mengkonsumsi makanan, yang kemudian menghasilkan limbah maknanan. Apabila tidak diatasi, efeknya bisa sangat merugikan.

Karena masalah limbah makanan ini, orang-orang pun mulai menciptakan inovasi teknologi yang bisa membantu kita memerangi limbah makanan di kehidupan sehari-hari. Inovasi ini cukup beragam, mulai dari tempat penyimpanan makanan sampai pada label identifikasi yang bisa dimakan. Berikut beberapa contonhya

1. Penyimpanan Pintar Smarterware

Sistem penyimpanan makanan Ovie Smarterware pada dasarnya ialah satu set perangkat “label pintar” yang bisa dipasang pada tempat penyimpanan makanan Anda. Setelah Anda selesai melabeli semua makanan Anda yang berada di kulkas misalnya, masukkan data mengenai jenis-jenis makanan yang sudah Anda labeli di aplikasi Ovie.  Sistem Penyimpanan Makanan Ovie Smarterware dengan fitur “label pintar”

Nantinya aplikasi tersebut akan mendata makanan Anda dan memulai perhitungan mundur untuk setiap jenis makanan. Anda akan mulai menerima pemberitahuan melalui ponsel Anda serta smart speaker mengenai makanan mana yang sebaiknya Anda konsumsi terlebih dahulu sebelum basi atau kadaluarsa. Selain itu, lampu SmartTag yang berada di tempat penyimpanan makanan Anda juga akan berganti warna secara bertahap untuk memberi tahu Anda mengenai kondisi makanan di dalamnya.

Sebagai tambahan, lampu labelnya akan berubah dari hijau, lalu kuning, kemudian barulah menjadi merah. Ketika lampunya sudah berubah kuning, Anda akan menerima pemberitahuan untuk segera mengkonsumsi makanan tersebut, lengkap dengan rekomendasi cara atau tips mengolah makanan untuk dikonsumsi. Label Pintar Ovie bisa disematkan pada berbagai macam kontainer makanan

Anda juga bisa mengecek bahan-bahan makanan apa yang misalnya masih tersisa di kulkas Anda saat sedang belanja bulanan. Dengan begitu, orang-orang bisa menghabiskan makanan mereka tanpa harus membeli makanan terlalu banyak atau berlebihan.

2. BluApple

Buah dan sayuran memproduksi gas bernama etilen, yang bekerja layaknya hormon pada tubuh manusia dan hewan. Ga sini merupakan hasil dari prosess pematangan buah dan mengatur pertumbuhan serta perkembangan dari buah dan sayur-sayuran.

Dalam jumlah tertentu, gas etilen bisa menyebabkan perubahan fisiologis pada buah, seperti misalnya perubahan warna dan tekstur. Pengaruh gas etilen terhadap proses pematangan buah juga bisa dipengaruhi oleh gas lain seperti karbon dioksida dan oksigen. Produk BlueApple yang bisa memperpanjang “hidup” buah dan sayuran

Dengan mempertimbangkan pengaruh dari gas etilen ini, proses pematangan buah bisa dimodifikasi sedemikian rupa, entah untuk mempercepat atau bahkan menunda proses pematangannya. Industri makanan sudah lama menggunakan penghisap etilen untuk mencegah proses pematangan dan pembusukan buah yang prematur dalam proses pengiriman dan distribusi buah.

Konsep serupa ini yang kemudian diterapkan di dalam produk  BluApple, yang diklaim mampu menyerap gas etilen berlebih dengan cara mengoksidasinya dengan sodium permanganat. Seperti namanya, produk yang berbentuk seperti buah apel plastik berwarna biru ini bisa Anda letakkan di dalam kulkas, laci serta lemari penyimpanana makanan, serta keranjang buah untuk mencegah mereka menjadi matang terlalu cepat. Hasilnya, buah dan sayuran Anda bisa tiga kali lipat lebih awt.

3. Edipeel

Penemuan lain yang juga membantu memperpanjang usia hidup buah dan sayuran yaitu dari Apeel, yang notabene menciptakan “kulit kedua” yang bisa dikonsumsi bagi buah dan sayuran. Ya, kulit tambahannya aman untuk dimakan juga

Apeel bekerja dengan menambahkan lapisan tambahan yang tidak berbau, tidak berasa, serta terbuat dari tanaman pada permukaan sayur dan buah untuk menjaga kelembapan produk serta mencegah oksigen masuk. Hal ini diklaim dapat membantu buah dan sayuran lebih awet hingga dua kali lipat.

Untuk alpukat misalnya, Apeel tidak hanya bisa memperpanjang hidup alpukat selama hampir 1 minggu dan memperpanjang periode kematangan dari 2 menjadi 4 hari, tetapi juga diklaim bisa mengurangi kehilangan air sebanyak 30% dan tingkat pelunakan sebesar 60%.

4. Kamera Hiperspektral

Pencitraan hiperspektral merupakan sebuah teknologi yang mampu memecah spektrum elektromagnetik menjadi ratusan pita guna menghasilkan data yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia.

Teknologi ini telah menjadi perbincangan yang populer di industri makanan selama beberapa tahun terakhir, hal ini dikarenakan kamera hiperspektral mampu menerawang buah dan sayuran yang mulai matang. Peraturan dasarnya ialah semakin matang buah tersebut, maka gambar yang dihasilkan akan semakin gelap. Gambaran mengenai bagaimana kamera hiperspektral bisa digunakan untuk mendeteksi apakah buah masih dalam kondisi yang baik

Selain berguna untuk inspeksi makanan, peneliti juga tengah mencoba mengemas teknologi ini agar bisa digunakan oleh konsumen. Meskipun masih dalam tahap pengerjaan, konsep yang diincar ialah untuk membuat alat praktis yang bisa disinkronisasikan dengan gawai yang kita gunakan di kehidupan sehar-hari. Mungkin di masa mendatang, kita bisa menggunakan kamera ponsel tidak hanya untuk mengambil selfie tapi juga untuk mencari tahu kapan waktu terbaik untuk memakan buah-buahan yang kita beli.

5. Label Identifikasi Graphene yang Bisa Dimakan

Peneliti dari Rice University tengah mencari cara untuk mengukir pola graphene pada makanan dan material lain dengan harapan bisa membuat label identifikasi dari dan pada produk itu sendiri.

James Tour, salah satu peneliti di laboratorium Rice University menyatakan bahwa graphene berbeda dengan tinta. Metode graphene bahkan bisa dikatakan sebagai mengubah material produk yang dituju menjadi graphene itu sendiri. Temuan baru mereka, yang notabene dimuat di jurnal American Chemical Society berjudul ACS Nano, mendemonstrasikan bahwa graphene yang ditulis dengan laser bisa diukir di atas kertas, kardus, serta jenis-jenis makanan tertentu, salah satunya yaitu roti panggang.

Material yang lazim digunakan untuk membuat label grapehen bernama lignin. Bahan-bahan seperti gabus, batok kelapa, serta kulit kentang memiliki kandungan lignin yang tinggi sehingga lebih mudah untuk dikonversi menjadi graphene.

Mengapa repot-repot mencetak graphene pada barang dan bahkan makanan? Jika eksperimen ini berjalan sesuari rencana, maka bukan tidak mungkin makanan akan memiliki label RFID mini yang menyediakan informasi mengenai asal muasal makanan itu berasal sebelum bisa mencapai piring kita.

Bahkan, label grapehen ini bisa berperan sebagai sensor yang mampu mendeteksi E.coli atau mikroorganisme lainnya yang bisa mencemari makanan kita. Dengan kata lain, label tersebut bisa memperingati kita apabila makanan yang akan kita konsumsi sudah terkontaminasi. Yang lebih unik lagi yaitu bahwa label itu bukan berbentuk kertas atau material tambahan, melainkan di produk itu sendiri.

Memerangi Limbah Makanan Dimulai dari Diri Sendiri

Dengan atau tanpa teknologi di atas, limbah makanan merupakan sesuatu yang harus kita hapus dari rutinitas dan gaya hidup kita.

Bahkan sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan di rumah untuk mencegah timbulnya limbah makanan, mulai dari melakukan food prep, menanam dan menumbuhkan kembali bahan makanan, serta mengompos. (Baca juga tentang Hierarki Pemulihan Makanan).

Mencegah dan menghindari dihasilkannya limbah makanan dimulai dari sekarang, dari gaya hidup kita, dan dari diri sendiri.

Sumber :  https://waste4change.com/blog/5-inovasi-keren-untuk-bantu-cegah-food-waste/

Iklan

Mengenai Jenis Pemborosan Pangan, yuk kita pelajari!

Diketahui dari The Economist Intelligence Unit, Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Sedangkan food wastage memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia, misalnya menyebabkan kelaparan.

Global Hunger Index juga mengatakan, tingkat kelaparan di indonesia berada di tingkat serius. Artinya banyak orang yang sedang kelaparan diluar sana, sedangkan kita yang serba berkecukupan (banyak makanan) suka membuang dan tidak menghabiskan makanan.

Food wastage terdiri dari 2 bagian, yakni food loss dan food waste. Kedua jenis sampah makanan ini memiliki perbedaan tersendiri. Berikut penjelasannya:

Food Loss

Food loss adalah sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti sayuran,buah-buahan atau makanan yang masih mentah namun sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang begitu saja.

Food loss menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan bahan makanan untuk memasak. Di Indonesia sendiri kasus food loss sudah banyak terjadi, salah satunya yang terjadi di Banyuwangi dimana para petani buah naga membuang buah naga yang masih segar ke sungai. Keadaan ini sangat disayangkan sekali.

Penyebab Food Loss:

  • Proses pra-panen tidak menghasilkan mutu yang diinginkan pasar.
  • Permasalahan dalam penyimpanan, penanganan, pengemasan sehingga produsen memutuskan untuk membuang bahan pangan tersebut.
  • Kurangnya permintaan konsumen di pasar.
  • Permainan harga pasar antara agen dan distributor yang menyebabkan harga melonjak tajam, dan ujung-ujungnya tidak terjual.
  • Terlalu lama di gudang dan lama kelamaan menjadi basi,berjamur, dan berbau busuk.
  • Tidak disimpan secara sempurna sehingga umurnya menjadi pendek.
  • Dan kalian yang kurang bijak membeli bahan makanan dan akhirnya bahan makanan tersebut membusuk di tempat penyimpanan (kulkas).

Maka dari itu, sebagai konsumen seharusnya kita harus membuat planning yang lebih baik sebelum membeli bahan makanan agar bahan makanan tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Food Waste

Food Waste adalah makanan yang siap dikonsumsi oleh manusia namun dibuang begitu saja dan akhirnya menumpuk di TPA. Food waste yang menumpuk di TPA menghasilkan gas metana dan karbondioksida. Sedangkan keduanya tidak sehat untuk bumi.

Gas-gas tersebut terbawa ke atmosfer dan berpotensi merusak lapisan ozon. Padahal, salah satu fungsi lapisan ozon adalah menjaga kestabilan suhu di bumi. Jika kestabilan suhu terganggu, maka terjadilah pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut akibat dari mencairnya es di bumi.

Penyebab food waste:

  • Tidak menghabiskan makanan.
  • Makan tidak sesuai dengan porsi makananmu.
  • Membeli atau memasak makanan yang tidak kalian sukai.
  • Gaya hidup (gengsi) menghabiskan makanan di depan orang ramai.

Untuk mengurangi jumlah food loss dan food waste, salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan yaitu adalah mindful dalam konsumsi makanan dan dengan menghabiskan makanan yang kamu makan.

Yuk ikuti #zwidfoodwaste challenge di Instagram. Post before dan after piring kalian dan tag zerowaste.id_official.

Tulisan ini sepenuhnya diambil dari laman. https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/perbedaan-food-loss-dan-food-waste/