Arsip Bulanan: Juni 2022

Pemanfaatan jasa eceng gondok untuk mengendalikan pencemaran air

Eceng gondok (Pontederia crassipes sebelumnya dinamakan Eichhornia crassipes)) merupakan salah satu jenis tumbuhan air yang tum­buh subur di sawah-sawah, danau, waduk, rawa-rawa dan saluran drainase. Tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan ini hidup mengambang secara bebas di daerah tropis dan sub-tropis. Bentuk daun bulat telur, lebar, tebal, dan mengkilap dengan ukuran 10–20 cm (4–8 inci). Memiliki batang yang panjang, kenyal dan bulat serta dapat naik di atas permukaan air setinggi 1 meter (3 kaki). Akarnya berwarna ungu-hitam, berbulu dan menggantung secara bebas di dalam air. Tangkainya berdiri tegak untuk menopang 8–15 bunga dengan warna yang sangat menarik, sebagian besar berwarna lavender hingga merah muda.

Sudah menjadi anggapan umum, bahwa kehadiran eceng gondok hanya memba­wa kerugian dan menim­bul­kan masalah terhadap ling­kungan perairan. Kemampuannya menutupi permukaan perair­an dengan cepat sehingga menghilangkan keberadaan air permukaan sampai 4 kali lipatnya adalah bukti yang menunjukkan anggapan tersebut. Sehingga dalam tempo 3–4 bulan saja, eceng gondok mampu menutupi lebih dari 70% permukaan danau. Dampak selanjutnya yang ditimbulkan oleh eceng gondok adalah tersumbatnya saluran alir (drainase), penurunan nilai estetika perairan, gang­guan penangkapan ikan di da­nau, waduk dan rawa, kehadiran vektor penyakit. Cepatnya pertumbuhan eceng gondok dan tingginya daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini sangat sulit dikendali­kan. Pengendalian eceng gondok secara mekanik, kimia dan biologi juga tidak pernah memberikan hasil yang optimal.

Anggapan tersebut di atas memang dapat dibenarkan, karena selama ini manfaat eceng gondok belum banyak digali dan diketahui. se­hing­ga terkesan bahwa eceng gondok itu bukanlah sumber daya hayati yang memiliki berbagai jasa dan layanan yang dihasilkannya. Hasil penelitian berjudul “The Benefits of Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) for Southern Africa: A Review’ yang diterbitkan tanggal 6 November 2020 pada jurnal Sustainability; doi:10.3390/su12219222 menyimpulkan bahwa eceng gondok adalah sumber daya hayati yang pu­nya bermanfaat ganda bagi manusia. Eceng gondok antara lain dapat dimanfaatkan untuk fitoremediasi, pakan ternak, pupuk hayati, bioenergi (biogas, bioetanol, dan briket), sumber karbon untuk produksi enzim, dan juga sebagai bahan biopolimer.

Terkait pengendalian pencemaran perairan, eceng gondok dapat diman­fa­at­kan dalam mencapai tujuan tersebut. Hal ini ditunjang dengan kemam­puan tinggi tumbuhan ini dalam me­nye­rap senyawa-senyawa ki­mia toksik dari perairan ter­cemar. Diketahui, eceng gondok mam­pu menghilangkan senyawa fenolik dari perairan seba­nyak 160 kg/hektar dalam wak­tu 72 jam, menyerap fos­for sebanyak 157 kg/hektar, nitrogen 693 kg/hektar, dan menghilangkan amonium sebanyak 500 kg/hektar da­lam waktu 15 hari.

Kemampuan tumbuhan air itu untuk mengikat bahan-bahan organik dari partikel tersuspensi membuat gulma air itu mampu menjernihkan air. Kekeruhan air dapat ditu­runkan sampai 120 ppm sili­ka dalam waktu 48 jam. Hal ini mengandung arti, tum­buh­an ini dapat menurunkan TSS (total suspended solid) dan BOD (biological oxygen demand) dari perairan terce­mar. Lebih dari itu, eceng gon­dok mampunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap logam berat dari perairan. Dalam setiap 1 gram berat ke­ring mampu mengabsorbsi Timbal (Pb) 0,176 mg, Mer­kuri (Hg) 0,15 mg dan Cobalt (Co) 0,568 mg dalam waktu 24 jam.

Catatan pemanfaatan eceng gondok :

  • Pemanfaatan eceng gon­dok sangat dianjurkan untuk pengolahan limbah yang banyak mengandung bahan or­ganik, karena bahan itu dapat terurai di alam.
  • Tumbuhan eceng gon­dok yang sudah mati dari danau atau sungai dapat dikeringkan dan dibuat men­jadi kompos untuk berbagai kebutuhan.
  • Eceng gon­dok dapat digunakan untuk menyerap logam berat dengan syarat sisa tum­buhan yang telah mati tersebut tidak dimanfaatkan untuk kompos, tetapi hanya sebagai penutup tanah lembah atau tanah rawa.
  • Peman­faatan tumbuhan ini harus memperhatikan lokasi tum­buhnya. Bila tum­buh di sa­wah-sawah, danau atau wa­duk, pemanfa­atannya diarahkan untuk pakan ternak.
  • Eceng gondok yang tumbuh subur di perairan tercemar berat seperti parit busuk, tidak boleh dimanfaat­kan untuk pakan ternak ka­rena dikhawatirkan mengan­dung bahan pencemar toksik seperti logam berat, te­ta­pi digunakan untuk manfa­at lainnya seperti pembuatan ta­li, topi, tas atau produk kera­jinan lain.

Kesimpulan

Eceng gondok bukanlah gul­ma yang harus dimusnahkan dari perairan, akan tetapi dimanfaatkan berdasarkan penggalian ilmu pengetahuan dan data. Pemanfaatan eceng gon­dok sebaiknya dilakukan secara kontinyu karena eceng gondok mempu­nyai manfaat ganda melalui pengendalian. Eceng gondok dapat terken­dali di perairan jika dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem yakni melibatkan kepentingan ekologi, ekonomi dan sosial sehingga bisa berkelanjutan. Melalui pengolahan yang terintegrasi, eceng gondok dapat dibuat menjadi bahan bernilai ekonomis, ber­manfaat dalam mengendalikan pencemaran perairan, sekaligus bermanfaat yang tinggi bagi nilai sosial seperti hadirnya mata pencaharian bagi penduduk lokal.

Pustaka

Bersihkan Kali Pakai Eceng Gondok, Mengatasi Masalah Dengan Masalah, https://tirto.id/da71

https://menyelamatkandanaulimboto.wordpress.com/teknologi-pengendalian-pencemaran-air/pemanfaatan-eceng-gondok/

https://analisadaily.com/berita/arsip/2017/1/22/303899/eceng-gondok-bermanfaat-untuk-lingkungan/

Iklan