Eceng gondok (Pontederia crassipes sebelumnya dinamakan Eichhornia crassipes)) merupakan salah satu jenis tumbuhan air yang tumbuh subur di sawah-sawah, danau, waduk, rawa-rawa dan saluran drainase. Tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan ini hidup mengambang secara bebas di daerah tropis dan sub-tropis. Bentuk daun bulat telur, lebar, tebal, dan mengkilap dengan ukuran 10–20 cm (4–8 inci). Memiliki batang yang panjang, kenyal dan bulat serta dapat naik di atas permukaan air setinggi 1 meter (3 kaki). Akarnya berwarna ungu-hitam, berbulu dan menggantung secara bebas di dalam air. Tangkainya berdiri tegak untuk menopang 8–15 bunga dengan warna yang sangat menarik, sebagian besar berwarna lavender hingga merah muda.
Sudah menjadi anggapan umum, bahwa kehadiran eceng gondok hanya membawa kerugian dan menimbulkan masalah terhadap lingkungan perairan. Kemampuannya menutupi permukaan perairan dengan cepat sehingga menghilangkan keberadaan air permukaan sampai 4 kali lipatnya adalah bukti yang menunjukkan anggapan tersebut. Sehingga dalam tempo 3–4 bulan saja, eceng gondok mampu menutupi lebih dari 70% permukaan danau. Dampak selanjutnya yang ditimbulkan oleh eceng gondok adalah tersumbatnya saluran alir (drainase), penurunan nilai estetika perairan, gangguan penangkapan ikan di danau, waduk dan rawa, kehadiran vektor penyakit. Cepatnya pertumbuhan eceng gondok dan tingginya daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini sangat sulit dikendalikan. Pengendalian eceng gondok secara mekanik, kimia dan biologi juga tidak pernah memberikan hasil yang optimal.
Anggapan tersebut di atas memang dapat dibenarkan, karena selama ini manfaat eceng gondok belum banyak digali dan diketahui. sehingga terkesan bahwa eceng gondok itu bukanlah sumber daya hayati yang memiliki berbagai jasa dan layanan yang dihasilkannya. Hasil penelitian berjudul “The Benefits of Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) for Southern Africa: A Review’ yang diterbitkan tanggal 6 November 2020 pada jurnal Sustainability; doi:10.3390/su12219222 menyimpulkan bahwa eceng gondok adalah sumber daya hayati yang punya bermanfaat ganda bagi manusia. Eceng gondok antara lain dapat dimanfaatkan untuk fitoremediasi, pakan ternak, pupuk hayati, bioenergi (biogas, bioetanol, dan briket), sumber karbon untuk produksi enzim, dan juga sebagai bahan biopolimer.
Terkait pengendalian pencemaran perairan, eceng gondok dapat dimanfaatkan dalam mencapai tujuan tersebut. Hal ini ditunjang dengan kemampuan tinggi tumbuhan ini dalam menyerap senyawa-senyawa kimia toksik dari perairan tercemar. Diketahui, eceng gondok mampu menghilangkan senyawa fenolik dari perairan sebanyak 160 kg/hektar dalam waktu 72 jam, menyerap fosfor sebanyak 157 kg/hektar, nitrogen 693 kg/hektar, dan menghilangkan amonium sebanyak 500 kg/hektar dalam waktu 15 hari.
Kemampuan tumbuhan air itu untuk mengikat bahan-bahan organik dari partikel tersuspensi membuat gulma air itu mampu menjernihkan air. Kekeruhan air dapat diturunkan sampai 120 ppm silika dalam waktu 48 jam. Hal ini mengandung arti, tumbuhan ini dapat menurunkan TSS (total suspended solid) dan BOD (biological oxygen demand) dari perairan tercemar. Lebih dari itu, eceng gondok mampunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap logam berat dari perairan. Dalam setiap 1 gram berat kering mampu mengabsorbsi Timbal (Pb) 0,176 mg, Merkuri (Hg) 0,15 mg dan Cobalt (Co) 0,568 mg dalam waktu 24 jam.
Catatan pemanfaatan eceng gondok :
- Pemanfaatan eceng gondok sangat dianjurkan untuk pengolahan limbah yang banyak mengandung bahan organik, karena bahan itu dapat terurai di alam.
- Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati dari danau atau sungai dapat dikeringkan dan dibuat menjadi kompos untuk berbagai kebutuhan.
- Eceng gondok dapat digunakan untuk menyerap logam berat dengan syarat sisa tumbuhan yang telah mati tersebut tidak dimanfaatkan untuk kompos, tetapi hanya sebagai penutup tanah lembah atau tanah rawa.
- Pemanfaatan tumbuhan ini harus memperhatikan lokasi tumbuhnya. Bila tumbuh di sawah-sawah, danau atau waduk, pemanfaatannya diarahkan untuk pakan ternak.
- Eceng gondok yang tumbuh subur di perairan tercemar berat seperti parit busuk, tidak boleh dimanfaatkan untuk pakan ternak karena dikhawatirkan mengandung bahan pencemar toksik seperti logam berat, tetapi digunakan untuk manfaat lainnya seperti pembuatan tali, topi, tas atau produk kerajinan lain.
Kesimpulan
Eceng gondok bukanlah gulma yang harus dimusnahkan dari perairan, akan tetapi dimanfaatkan berdasarkan penggalian ilmu pengetahuan dan data. Pemanfaatan eceng gondok sebaiknya dilakukan secara kontinyu karena eceng gondok mempunyai manfaat ganda melalui pengendalian. Eceng gondok dapat terkendali di perairan jika dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem yakni melibatkan kepentingan ekologi, ekonomi dan sosial sehingga bisa berkelanjutan. Melalui pengolahan yang terintegrasi, eceng gondok dapat dibuat menjadi bahan bernilai ekonomis, bermanfaat dalam mengendalikan pencemaran perairan, sekaligus bermanfaat yang tinggi bagi nilai sosial seperti hadirnya mata pencaharian bagi penduduk lokal.
Pustaka
Bersihkan Kali Pakai Eceng Gondok, Mengatasi Masalah Dengan Masalah, https://tirto.id/da71
https://analisadaily.com/berita/arsip/2017/1/22/303899/eceng-gondok-bermanfaat-untuk-lingkungan/