Arsip Bulanan: Agustus 2022

Teknik Wawancara dan Jenisnya

Survei adalah suatu teknik mengumpulkan informasi dari responden dengan cara menanyakan sejumlah pertanyaan terstruktur kepada responden. Penelitian survey sangat erat kaitannya dengan pengumpulan data secara primer sehingga wawancara merupakan salah satu teknik yang sering digunakan dalam penelitian survey.

Kunci dari pengumpulan informasi dalam penelitian survey adalah pada proses wawancara. Wawancara merupakan sebuah cara yang khusus dalam setting percakapan yang terstruktur, yang masing-masing pewawancara dan responden memiliki batasan peran yang dimainkan. Kecakapan pewawancara dalam berinteraksi dengan responden ikut menentukan kualitas informasi yang dikumpulkan.

Pewawancara memiliki tugas pokok untuk membuat responden dapat berpartisipasi dalam survei dan mencatat informasi dari responden. Kunci sukses wawancara adalah pewawancara mampu mengajak responden untuk berpartisipasi dalam wawancara, menjamin kerahasiaan serta berhasil menerangkan secara baik tujuan yang dilakukan. Jenis wawancara ada dua macam yaitu : wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara Terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan teknik wawancara yang dilakukan apabila peneliti telah memiliki informasi dari apa yang akan ditelitinya. Pewawancara juga telah menyiapkan pertanyaan tertulis serta alternatif jawabannya. Adapun alat yang dapat menunjang wawancara terstruktur dalam penelitian adalah tape recorder, gambar, brosur dan alat lain yang dapat melancarkan proses wawancara.

Wawancara Tidak Terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas. Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Biasanya teknik ini digunakan pada penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan jawaban dari responden atau narasumbernya. Isi pembicaraan bergantung pada suasana wawancara.

Pustaka

https://medium.com/@afdanrojabi/teknik-wawancara-research-methodology-7ebdb094b490

https://kumparan.com/berita-hari-ini/teknik-wawancara-dalam-penelitian-sosial-lengkap-dengan-tahapannya-1v7DVNnFdbD/full

Iklan

Lahan Bekas Tambang direstorasi, bisakah?

Selama ini banyak pemegang izin usaha pertambangan berdalih bahwa kendala teknologi menjadi persoalan utama dalam melakukan kegiatan paska tambang. Terlebih mengembalikan kondisi lahan seperti semula. Benarkah?

Secara umum, permasalahan tambang di Indonesia disebabkan oleh sistem tambang terbuka atau open pit. Aktivitas tambang terbuka ini selalu melahirkan bahan galian, merubah lansekap dan topografi lahan, meninggalkan kolong atau lubang-lubang yang sebagian menjadi kolam air, pH ekstrim, polusi partikel debu, serta memiskinkan bahan organik, unsur hara dan mikroorgnisme. “Mutu tanah akan  menurun drastis akibat kehilangan tanah permukaan, humus dan terjadi pemadatan akibat aktivitas alat berat,” terang Retno Prayutyaningsih dari Balai Penelitian Kehutanan Makassar di Balikpapan, Kalimantan Timur, pekan lalu. Retno menyatakan bahwa alam bisa menyembuhkan dirinya sendiri, namun suksesi primer atau alami akan butuh waktu yang lama. “Oleh sebab itu perlu intervensi dalam bentuk rehabilitasi guna mempercepat suksesi primer tersebut.”

Tantangan untuk merestorasi lahan paska tambang semakin berat karena banyak pemegang izin tidak mengikuti prosedur operasional yang ditentukan dalam memperlakukan top soil dan overburden (lapisan tanah penutup) secara terpisah. “Sehingga, semua tercampur dengan material buangan lain seperti tailing kuarsa,” tambah Pratiwi dari Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi yang melakukan penelitian dan restorasi di lahan bekas tambang timah. Perilaku dan kondisi seperti itu akhirnya menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan restorasi lahan paska tambang. Sebagaimana tujuan utama dari restorasi yaitu memulihkan kembali kualitas tanah sehingga memungkinkan keragaman hayati yang hilang bisa dikembali dalam kondisi yang mendekati keadaan sebelum ditambang.

Strategi umum untuk melakukan pemulihan lahan adalah dengan cara melakukan perbaikan kualitas tanah, memilih bibit yang tepat, melakukan penyemaian, penanaman dan pemeliharaan. “Rehabilitasi adalah sebuah proses yang terintegrasi dan butuh waktu. Tanaman yang sehat sewaktu disemai dan ditanam belum tentu akan tumbuh normal setelah waktu tertentu,” terang Pratiwi. Pratiwi menuturkan, pemeliharaan tanaman mutlak dilakukan untuk rehabilitasi lahan bekas tambang sehingga bisa ditentukan langkah yang diperlukan untuk masing-masing tanaman yang dipilih. “Kondisi dan pertumbuhan tanaman pada lahan overburden dan tailing kuarsa berbeda meski jenisnya sama.”

Selain itu penyiapan iklim mikro juga amat penting untuk lahan yang hendak direhabilitasi. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan biomasa. Penanaman cover crop adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengawali usaha rehabilitasi. “Pengalaman kami, penanaman cover crop dengan pola jalur lebih baik dibanding dengan pola spot.” Selain yang sudah diungkapkan oleh Pratiwi, Retno memaparkan pentingnya perbaikan biologi tanah untuk mendukung keberlanjutan restorasi lahan. Dia memperkenalkan teknologi isomik (isolate mikroba) untuk merehabilitasi lahan bekas tambang.

Teknologi isomik adalah aplikasi mikroba tanah yang potensial hasil isolasi mikroba lokal yaitu mikoriza. “Mikoriza adalah jamur atau fungi yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur memperoleh makanan dari inang, inang memperoleh manfaat dari adanya jamur yang memproduksi benang-benang untuk memperluas serapan hara,” terang Retno. Manfaat mikoriza adalah meningkatkan daya hidup dan pertumbuhan tanaman. Meningkatkan ketahanan dari defisiensi hara, kekeringan, pH ekstrim, logam berat dan perbaikan struktur dan biologi tanah. “Dampaknya perkembangan komunitas alami baik flora, fauna maupun mikroba akan membuat pemulihan keanekaragaman hayati tercapai.” Kelebihan dari teknologi isomik adalah aplikasinya hanya sekali yaitu pada saat pembuatan bibit.!break!

Bersinergi dengan alam

Ishak Yasir dari Balai Penelitian Teknologi Konservasi SDA Samboja menyatakan pemanfaatan genetic resources atau sumber daya lokal untuk melakukan perbaikan lingkungan atau lahan terdegradasi penting dilakukan. Konsepnya adalah bersinergi dengan alam untuk merehabilitasi lahan bekas tambang. Menurut Ishak, konsep bersinergi dengan alam ini didasarkan atas kenyataan bahwa lahan pertambangan di Kalimantan Timur kerap berada di wilayah hutan dalam bentuk pinjam pakai area. “Area di sekitar tambang biasanya masih berupa hutan yang cukup bagus, sehingga rehabilitasi paska tambang adalah kombinasi antara upaya manusia dengan kekuatan alam.” “Intinya di sekitar lahan terdegradasi banyak material yang bisa dipakai untuk perbaikan lingkungan. Dia mencontohkan kayu-kayu hasil land clearing yang tidak dimanfaatkan bisa dipakai untuk memperbaiki kualitas tanah dengan diolah.

Konsep bersinergi dengan alam ini awalnya diuji coba dan dikembangkan di lahan alang-alang yang akan dipakai untuk reintroduksi dan rehabilitasi orangutan dengan ditanami buah-buahan. “Penanaman buah dimaksudkan untuk mengundang kehadiran burung dan kelelawar yang akan membawa benih dari hutan yang tersisa di sekitar kawasan tambang.” Konsep ini sudah diimplementasikan dan akan terus  dikembangkan ke lahan dengan tingkat kerumitan yang berbeda di Kaltim saat ini. “Merestorasi lahan terdegradasi bukan hal yang mustahil. Pertanyaannya adalah perusahaan punya komitmen atau tidak untuk melaksanakan reklamasi paska tambang?

Sumber Copy Paste : https://nationalgeographic.grid.id/read/13299352/bisakah-lahan-bekas-tambang-direstorasi?page=2

Fungsi, Bentuk, Prinsip dan Kajian yang Dipelajari dalam Ekologi Lanskap

Ekologi merupakan gabungan konsep ekologi dan lanskap. Lanskap secara sederhana berarti bentang alam yang kompleks. Sedangkan ekologi merupakan ilmu yang mempelajari ekosistem (interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya). Ekologi lanskap berarti suatu disiplin ilmu yang mempelajari variasi spasial bentang alam atau struktur lanskap yang mempengaruhi proses interaksi makhluk hidup beserta distribusi aliran energi materi dengan lingkungannya.

Ekologi lanskap merupakan cabang ilmu termuda dari ekologi. Tergagas setelah perang dunia II di negara Eropa Tengah dan Eropa Timur. Bersumber pada ilmu geografi, geobumi dan management lanskap. Pertama kali dicetuskan akhir tahun 1930 an oleh Carl Troll. Menurut beliau ekologi lanskap adalah suatu ilmu yang baru dikembangkan dengan mengombinasikan pola spasial, pendekatan secara horizontal dari ahli geografi dan pendekatan secara vertikal dari ahli ekologi.

Fungsi Ekologi Lanskap

Disiplin ilmu yang digunakan untuk:

  1. Mendapatkan gambaran daya dukung lahan untuk menentukan indikator kerusakan lingkungan atau ekosistem akibat ulah manusia.
  2. Sebagai dasar perencanaan design lanskap
  3. Mengetahui sebab-akibat dari heterogenitas spasial
  4. Mengetahui fragmentasi habitat yang mempengaruhi daya hidup suatu populasi tumbuhan maupun hewan. Bantuan teknologi yang digunakan untuk ini dengan Sistem Informasi Geografi (SIG)

Elemen Lanskap Pembentuk Ekologi

  1. Patch: Areal permukaan non-linear yang homogen yang dapat dibedakan dari daerah sekelilingnya. Bentuk, ukuran, type, heterogenitas, dan sifat deliniasinya (batasan daerah).
  2. Corridor: Elemen lanskap yang berbentuk memanjang dan berkesinambugan. Contoh: jalan kereta api, jalan raya dan sungai.
  3. Matriks: Areal homogen yang mendominasi lanskap yang dapat dikategorikan lanskap mayor.
  4. Edge: Daerah peralihan antara patch dan matriks.

Bentuk Ekologi Lanskap Berdasarkan 3 Perspektif

1. Manusia

Manusia memiliki kesatuan fungsi dengan lanskap. Dilihat dari sudut pandang manusia, lanskap terbentang area lanskap hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Terdiri dari sawah, kebun, hutan produksi.

2. Geobotanical

https://ce74a4a794603c89423a96977d4f587a.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html

Penyebaran spasial dari lingkungan komponen biotik dan abiotik baik itu sebagai komunitas, woodland, woodlots dll. Hal yang dipertimbangkan kebutuhan hidup tumbuhan. Contoh: Mount ridge landscape, rock debris, bare soil, vegetation patches.

3. Hewan

Hampir sama dengan yang dipandang manusia akan tetapi ada sedikit perbedaan yang lebih natural seperti habitat hutan, sungai, laut dan jumlah pengelompokan hewan.

Hal yang Dipelajari Ekologi Lanskap

  1. Struktur: Hubungan spasial diantara heterogen ekosistem atau elemen lanskap yang ada yaitu distribusi energi, materi dan spesies dalam hubungan terhadap ukuran, bentuk, jumlah dan konfigurasinya.
  2. Fungsi: Interaksi antara spasial berupa aliran energi, material dan spesies dalam komponen ekosistem.
  3. Perubahan: Perubahan struktur dan fungsi mozaik lanskap.

Prinsip Ekologi Lanskap

  1. Prinsip Struktur dan Fungsi Lanskap: Perbedaan struktur pembentuk lanskap baik dalam tipe, ukuran dan bentuknya menyebabkan perbedaan dalam distribusi spesies, energi, materi diantara patch, koridor dan matriks yang ada, sehingga fungsi akan berbeda seperti aliran spesies, energi dan materi diantara elemen pembentuknya
  2. Prinsip Biodiversity (Keanekaragaman Hayati): Meningkatkan total potensi keberadaan spesies membutuhkan dua atau lebih elemen lanskap. Sehingga keragaman edge spesies dan spesies dan menurunkan kelimpahan (abundance) spesies interior.
  3. Prinsip Pergerakan Spesies: Pengaruh heterogenitas lanskap menyebabkan emigrasi dan imigrasi spesies diantara elemen lanskap.
  4. Prinsip Transport Nutrient (hara mineral): Meningkatnya laju perpindahan nutrient hara mineral antar elemen lanskap dapat meningkatkan intensitas gangguan.
  5. Prinsip Aliran Energi: Peningkatan heterogenitas lanskap meningkatnya perpindahan energi panas dan perpindahan biomasa antara  elemen lanskap meningkat dengan meningkatnya
  6. Prinsip Perubahan Lanskap: Bila ada gangguan yang besar maka akan menurunkan tingkat heterogenitas landskap
  7. Prinsip Stabilitas Lanskap: Sistem yang secara fisik sangat stabil (ketiadaan biomasa; gurun pasir, jalan, perkotaan), sistem dengan sistem recovery yang cepat (keberadaan tingkat biomasa yang rendah; padang alang/alang, daerah pertanian), sistem dengan tingkat resistensi yang tinggi terhadap gangguan  ( keberadaan biomasa yang sangat besar; misal hutan). Biomassa terdiri dari vegetasi juga komponen mikroorganisme  dan non-organisme yang terlibat dalam proses pertumbuhan dan reproduksi)

Demikian pembahasan mengenai ekologi lanskap. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan Anda.

Sumber Copy paste : https://materiipa.com/ekologi-lanskap