Krisis ekologi yang terjadi saat ini bersumber pada perilaku manusia. Ini terlihat dari pola produksi dan konsumsi yang tidak ekologis bahka teknologi hasil ciptaan manusia lebih banyak digunakan untuk merusak lingkungan langsung ataupun tidak. Perubahan bentang alam yang terjadi saat ini, seperti hutan dan perbukitan yang terbuka akibat aktivitas perkebunan, pertambangan, dan lainnya, membuat kebudayaan yang terbangun selama ini terganggu atau hilang. Menjaga bentang alam tetap lestari, maka perlu memperhatikan penanda hubungan manusia dengan bentang alam akan membentuk identitas yang disebut sebagai bioindikator.
Apa yang bisa diceritakan kenari di tambang batu bara kepada kita? Secara historis, burung kenari menemani penambang batu bara jauh di bawah tanah. Kapasitas paru-paru mereka yang kecil dan sistem ventilasi paru-paru searah membuat mereka lebih rentan terhadap konsentrasi kecil karbon monoksida dan gas metana daripada rekan manusia mereka. Hingga tahun 1986, sensitivitas akut burung-burung ini berfungsi sebagai indikator biologis kondisi tidak aman di tambang batubara bawah tanah di Inggris. Karena masalah kesehatan manusia terus mendorong pengembangan dan penerapan bioindikator, hilangnya jasa ekosistem (misalnya, udara bersih, air minum, penyerbuk tanaman) semakin memfokuskan perhatian kita pada kesehatan ekosistem alami. Semua spesies (atau kumpulan spesies) mentolerir kisaran terbatas kondisi kimia, fisik, dan biologis, yang dapat kita gunakan untuk mengevaluasi kualitas lingkungan. Terlepas dari banyak kemajuan teknologi, kita mendapati diri kita beralih ke biota ekosistem alami untuk menceritakan kisah dunia kita.
Bioindikator mencakup proses biologis, spesies, atau komunitas dan digunakan untuk menilai kualitas lingkungan dan bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu. Perubahan lingkungan sering dikaitkan dengan gangguan antropogenik (misalnya, polusi, perubahan penggunaan lahan) atau stresor alami (misalnya, kekeringan, pembekuan akhir musim semi), meskipun stres antropogenik membentuk fokus utama penelitian bioindikator. Pengembangan dan penerapan bioindikator secara luas telah terjadi terutama sejak tahun 1960-an. Selama bertahun-tahun, kami telah memperluas daftar bioindikator kami untuk membantu kami mempelajari semua jenis lingkungan (yaitu, perairan dan darat), menggunakan semua kelompok taksonomi utama.

Gambar 1: Perbandingan toleransi lingkungan dari (a) bioindikator, (b) spesies langka, dan (c) spesies di mana-mana
Area merah mewakili bagian dari gradien lingkungan (misalnya, ketersediaan cahaya, tingkat nitrogen) di mana individu, spesies, atau komunitas, memiliki kebugaran atau kelimpahan lebih besar dari nol. Garis putus-putus mewakili kinerja puncak di sepanjang gradien lingkungan khusus ini, sementara kotak kuning mencakup kisaran atau toleransi optimal. Bioindikator memiliki toleransi moderat terhadap variabilitas lingkungan, dibandingkan dengan spesies langka dan ada di mana-mana. Toleransi ini memberi mereka kepekaan untuk menunjukkan perubahan lingkungan, namun daya tahan untuk menahan beberapa variabilitas dan mencerminkan respons biotik umum.
Namun, tidak semua proses biologis, spesies, atau komunitas dapat berfungsi sebagai bioindikator yang berhasil. Faktor fisik, kimia, dan biologis (misalnya, substrat, cahaya, suhu, persaingan) bervariasi di antara lingkungan. Seiring waktu, populasi mengembangkan strategi untuk memaksimalkan pertumbuhan dan reproduksi (yaitu, kebugaran) dalam berbagai faktor lingkungan tertentu.
Spesies bioindikator secara efektif menunjukkan kondisi lingkungan karena toleransinya yang moderat terhadap variabilitas lingkungan (Gambar 1). Sebaliknya, spesies langka (atau kumpulan spesies) dengan toleransi sempit seringkali terlalu sensitif terhadap perubahan lingkungan, atau terlalu jarang ditemui, untuk mencerminkan respons biotik umum. Demikian pula, spesies di mana-mana (atau kumpulan spesies) dengan toleransi yang sangat luas kurang sensitif terhadap perubahan lingkungan yang jika tidak mengganggu komunitas lainnya.
Penggunaan bioindikator, bagaimanapun, tidak hanya terbatas pada satu spesies dengan toleransi lingkungan yang terbatas. Seluruh komunitas, yang mencakup berbagai toleransi lingkungan, dapat berfungsi sebagai bioindikator dan mewakili berbagai sumber data untuk menilai kondisi lingkungan dalam pendekatan “indeks biotik” atau “multimetrik”.